Monumen Kresek: Dari Pemberontakan Makar 'Madiun Affair' hingga Penghormatan Pahlawan

- 27 Mei 2024, 00:04 WIB
Peristiwa Berdarah Madiun 1948: Sejarah dan Pengingat Tragedi Nasional
Peristiwa Berdarah Madiun 1948: Sejarah dan Pengingat Tragedi Nasional /


Songgolangit.com - Madiun, sebuah kota di Jawa Timur, menjadi saksi bisu atas insiden berdarah yang mengguncang panggung sejarah Indonesia. Pada tanggal 18 September 1948, sebuah gerakan makar telah meletus, yang diketahui sebagai Pemberontakan PKI Madiun.

Gerakan ini berupaya menggulingkan pemerintahan yang sah dengan mendirikan Republik Soviet Indonesia. Namun, ambisi tersebut hanya bertahan seumur jagung, karena dalam waktu singkat, tepatnya pada 30 September 1948, upaya makar tersebut berhasil dipatahkan.

Monumen Kresek, yang terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, berdiri sebagai pengingat kelam dari peristiwa tersebut. Di perbukitan ini, ribuan nyawa terenggut akibat pemberontakan yang dilakukan oleh Gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Monumen ini tidak hanya mengabadikan memori masa lalu, tetapi juga menghormati para pahlawan yang gugur demi mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Konflik antara pemerintah Republik Indonesia dan kelompok oposisi sayap kiri, terutama Front Demokrasi Rakyat (FDR), mencapai puncaknya melalui Peristiwa Madiun (Madiun Affair). Gerakan PKI di Madiun, yang dipelopori oleh Amir Sjarifuddin dan Muso, terjadi seiring dengan jatuhnya kabinet Amir Sjarifuddin, yang berujung pada koalisi pemberontak. Gerakan ini merupakan puncak dari ketidakstabilan politik yang terjadi selama masa Revolusi Nasional Indonesia.

Baca Juga: RA Soeharsikin: Ibu Kost Legendaris, Pendamping Tjokroaminoto Mengasuh Para Pemuda Aktivis Pergerakan

Monumen Kresek sebagai 'Memorial Park'

Monumen Kresek, dengan luas 3,3 hektar, terletak 8 km ke arah timur dari Kota Madiun. Monumen ini terdiri dari relief yang mengisahkan kekejaman PKI pada tahun 1948.

Sebuah patung Musso, pemimpin pemberontakan, sedang membawa pedang untuk memenggal kepala Kyai Husen, anggota DPRD Madiun, menjadi pusat perhatian di lokasi ini.

Di dekat pintu masuk, terdapat prasasti yang memuat nama-nama prajurit TNI, Polri, Pamong Praja, tokoh masyarakat, dan guru yang gugur atau dibantai oleh PKI. Sumur tempat pembuangan korban keganasan PKI telah ditutup dan di atasnya dibuat relief untuk mengenang korban.

Kolonel Marhadi, prajurit TNI berpangkat tertinggi yang gugur dalam pertempuran Desa Kresek, dihormati dengan penamaan jalan dan patung di Alun-Alun Kota Madiun. Pendopo di area Monumen Kresek, yang dahulu adalah rumah warga dan markas PKI, menjadi saksi bisu pembantaian korban keganasan PKI.

Baca Juga: Situs Goa Song Terus: Misteri Kerajaan Pra-Sejarah di Goa Tersembunyi Pacitan

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah