Pondok Tegalsari: Upaya Pelestarian Warisan Budaya di Tengah Arus Modernisasi Ponorogo

- 2 April 2024, 12:36 WIB
Pemaparan tentang kertas dluwang atau kertas gedok di balai desa Tegalsari bersama tim ISI Surakarta (11/03/2024)
Pemaparan tentang kertas dluwang atau kertas gedok di balai desa Tegalsari bersama tim ISI Surakarta (11/03/2024) /YAP/SL

Songgolangit.com - Tegalsari, sebuah kawasan yang menyimpan jejak sejarah dan budaya yang kental, kini berada di persimpangan antara pelestarian warisan dan modernisasi yang tak terbendung. Dzuriyah Kyai Ageng Muhammad Besari, sebagai pewaris sejarah, berada di garis depan upaya merekonstruksi sejarah dan konservasi budaya yang kian terancam punah.

Kawasan Tegalsari, yang dikenal dengan situs arkeologi dan sejarah, telah menjadi magnet yang menarik minat berbagai pihak, mulai dari wisatawan lokal dan mancanegara, masyarakat setempat, peneliti, hingga Pemerintah Daerah. Namun, ketertarikan ini seringkali tidak diimbangi dengan kesiapan pengelolaan yang memadai, baik dari segi sistem maupun mentalitas.

Baca Juga: Ribuan Jamaah Padati Masjid Tegalsari di Malam Lailatul Qadar

Dalam sebuah wawancara, Sawir, seorang dzuriyyah Kyai Ageng Muhammad Besari dari Jalur Kyai Kasan Besari, menyampaikan keprihatinannya. "Banyak orang yang datang ke Tegalsari dengan niat berziarah, namun mereka justru memompa eksistensi diri dengan berbagai aktivitas seperti selfie dan vlogging. Etika pun kerap terabaikan, terlihat saat adzan berkumandang dan banyak peziarah yang masih asyik dengan aktivitas mereka," ungkap Sawir.

Kemunculan ide untuk menjadikan Tegalsari sebagai desa wisata religi yang dipromosikan secara besar-besaran dan didukung dengan paket wisata yang menarik menjadi topik hangat. Namun, hal ini menimbulkan kekhawatiran akan efek samping, seperti disinformasi sejarah dan munculnya ritus baru yang tidak sesuai dengan warisan asli Eyang Ageng Muhammad Besari maupun Pesantren Gebang Tinatar.

Baca Juga: Pengalaman Unik Menyelami Warisan Budaya Pesantren Tegalsari yang Terlupakan

Sawir menjelaskan, "Beberapa minggu ini, kami diundang untuk rapat bersama Bidang Promosi Pariwisata Dinas Pariwisata Ponorogo, perwakilan Dzuriyyah Ndalem Ageng, Yayasan Makam dan Masjid, serta pemerintah desa untuk membahas isu terkait. Kami harus cepat bertindak untuk menyamakan visi pengelolaan warisan budaya."

Dinas Pariwisata Ponorogo berencana mempercepat pengembangan Tegalsari sebagai daerah wisata. Menanggapi hal ini, Dzuriyah Eyang Muhammad Besari berkumpul untuk membahas strategi dan langkah-langkah yang perlu diambil agar Tegalsari tidak menyimpang dari nilai budaya aslinya.

"Langkah pertama kami adalah dengan mendirikan yayasan keluarga. Ini akan memudahkan penataan kedepan," tutur Sawir. "Kami juga memulai pertemuan dengan dzuriyah yang tersebar di berbagai wilayah untuk mempermudah komunikasi."

Selain itu, ada rencana untuk merevitalisasi Ndalem Ageng sebagai pusat keagamaan dan budaya. kami telah membuat konsep penataan Pendopo Ndalem dan konsep kegiatan rutin serta sistem pengelolaan dan penyampaian informasi terkait sejarah dan manuskrip yang sudah di digitalisasi.

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah