Keterbatasan Disabilitas Bukan Penghalang, Usaha Telur Asin Jumbo Apriadi di Madiun Jadi Buktinya

- 14 Maret 2024, 15:49 WIB
Apriadi (58) seorang disabilitas sensorik netra yang memiliki usaha pembuatan telur asin, Kamis (14/3/2024)
Apriadi (58) seorang disabilitas sensorik netra yang memiliki usaha pembuatan telur asin, Kamis (14/3/2024) /Eka Wulan/KBRN

Songgolangit.com - Ramadhan tidak hanya menjadi bulan yang penuh spiritualitas, tetapi juga membawa berkah bagi pelaku usaha. Di Jalan Mojopahit gang 3 B, Kelurahan Winongo, Kota Madiun, Apriadi, seorang penyandang disabilitas sensorik netra, menjadikan bulan suci ini sebagai momentum keberhasilan usahanya dalam pembuatan telur asin jumbo.

Apriadi, yang telah berkecimpung dalam bisnis telur asin selama dua tahun terakhir, memilih telur dengan ukuran jumbo yang didatangkan langsung dari Ponorogo. Dengan kegigihannya, ia mampu memproduksi hingga 300 butir telur asin per minggu.

Proses pembuatan telur asin buatan Apriadi terbilang unik. "Telurnya ini saya mendatangkan dari Ponorogo, kemudian dicuci sampai bersih. Saya siapkan media pembuatannya, yaitu semen bata merah, garam kasar, dikasih bubuk sendawa. Paling cepat 12 hari telur yang dimasukkan ke dalam campuran bahan-bahan tadi sudah bisa dibongkar, kemudian dicuci lalu dimasak (dikukus) sekitar 45 menit," ujar Apriadi saat ditemui RRI di kediamannya.

Baca Juga: Cara Aktivasi KTP Digital Online Kini Jangkau Penyandang Disabilitas

Keunikan telur asin produksi Apriadi tidak hanya terletak pada proses pembuatannya, tetapi juga pada cita rasa yang dihasilkan. Telur asin ini memiliki tekstur masir dan berminyak, serta rasa yang lembut dan menggugah selera.

"Yang membedakan dengan yang lain itu dari rasanya, kemudian kuningnya telur itu masir dan berminyak. Teksturnya lembut," tambah Apriadi.

Apriadi menawarkan produknya dengan harga yang terjangkau, yaitu Rp3.300 per butir. Pemasarannya masih terbatas di wilayah Kota Madiun, melalui rumah makan dan penjualan langsung ke tetangga sekitar. Meskipun demikian, ia berharap pemerintah dapat membantu memperluas jaringan pemasarannya.

Dari usaha ini, Apriadi berhasil mendapatkan penghasilan sekitar Rp1 juta per minggu. Namun, ia menghadapi kendala dalam hal permodalan. "Sebenarnya permintaannya bisa lebih dari 300 butir per minggu, tapi ya itu tadi, modalnya yang tidak cukup," ungkapnya.

Pertuni melatih anggotanya untuk mandiri

DPC Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Kota Madiun memiliki peran penting dalam pembinaan kewirausahaan bagi anggotanya, termasuk Apriadi.

Halaman:

Editor: Yudhista AP

Sumber: KBRN Madiun


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah