“Penyerahan sertifikat berinteraksi secara dinamis dengan kebudayaan serta warisan lain pada kancah nasional dan internasional,” imbuhnya.
Langkah ini diharapkan dapat menjadi momentum bagi pelestarian kebudayaan dan pendorong bagi generasi muda untuk terus menggali dan memahami warisan leluhur yang tak ternilai harganya.
Baca Juga: Misteri dan Pesona Alun-Alun Ponorogo: Titik Nol Pagelaran Seni dan Budaya
Pengakuan Warisan Budaya dari UNESCO
Dalam sebuah langkah monumental yang mengukir sejarah, Indonesia meraih penghargaan prestisius dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Sertifikat inskripsi warisan budaya dianugerahkan kepada negara ini sebagai bukti pengakuan atas upaya gigih dalam melestarikan kekayaan kebudayaan nasional.
Pada tanggal 24 September 2023, di tengah hiruk-pikuk Sidang ke-45 UNESCO yang berlangsung di Riyadh, Arab Saudi, Sumbu Filosofis Yogyakarta beserta penanda bersejarahnya, yang dijuluki "The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks," secara resmi diakui sebagai Warisan Budaya Dunia.
Pengakuan ini bukan hanya memperkaya daftar panjang situs warisan dunia yang telah ada, namun juga menegaskan posisi Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan yang berakar pada nilai-nilai filosofis mendalam.
Hilmar Farid, menyatakan kebanggaannya atas pencapaian ini.
Baca Juga: Babad Ponorogo: Sejarah dari Asal Usul Ponorogo Hingga Era Kolonialisme Jepang
"Setelah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, selain bangga, kita juga punya tugas untuk terus melestarikan warisan ini sebagai kontribusi Indonesia untuk peradaban dunia," ujarnya di Jakarta. Hilmar menekankan pentingnya menjaga keberlangsungan warisan tersebut untuk generasi mendatang. ***