Network
Songgolangit.com – Kabupaten Pacitan tengah berupaya keras mengurangi angka stunting yang masih tinggi. Kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti pendidikan orang tua yang minim, pendapatan keluarga yang tidak mencukupi, pola asuh yang kurang tepat, tingginya angka perkawinan anak, serta fasilitas kesehatan desa yang belum termanfaatkan secara optimal.
Hal ini diungkapkan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Pacitan, Heru Wiwoho, saat membacakan sambutan Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji, dalam acara Rembuk Stunting Kabupaten Pacitan di Gedung Karya Darma.
Baca Juga: Inovasi Mencegah Stunting Berhasil, Angka Stunting Anak Turun Drastis di Trenggalek
Bupati Pacitan menekankan pentingnya komitmen bersama untuk menangani masalah stunting. "Saya mengajak semua elemen masyarakat untuk berkomitmen dalam penanganan stunting di Kabupaten Pacitan," ujar Bupati.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Pacitan mencapai 20,6%. Sementara itu, hasil survei lima tahunan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 masih dinantikan, dengan harapan angka stunting dapat turun sesuai target yaitu 16,87%.
Data tambahan mengenai prevalensi anak stunting diperoleh dari penimbangan balita rutin di Posyandu, yang tercatat melalui Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat. Pada tahun 2022, terdapat 13,52% balita yang menderita stunting, namun angka tersebut turun menjadi 12,76% di tahun 2023.
Bupati juga menambahkan, “Saya berharap pemerintah desa turut ambil peran, melalui prioritas penggunaan dana desa untuk menyusun strategi dan rencana program berkelanjutan pada tahun 2025 yang dilaksanakan secara masif tidak hanya pada desa lokus namun di seluruh desa/kelurahan di Kabupaten Pacitan.”
Baca Juga: Ponorogo Bergerak Cepat! 80.206 Anak Ditargetkan Bebas Polio dalam Hitungan Hari!
Dalam acara tersebut, dilakukan penandatanganan komitmen bersama antar semua stakeholder dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Pacitan tahun 2025.
