Dampak Penutupan SPBE di Ponorogo: Kelangkaan LPG 3kg dan Kenaikan Harga Tak Terhindarkan!

24 Mei 2024, 02:54 WIB
Ilustrasi: Krisis Elpiji di Ponorogo: Penutupan SPBE Picu Kelangkaan dan Lonjakan Harga! /Diskominfo/


Songgolangit.com - Dalam beberapa minggu terakhir, kabupaten Ponorogo di Jawa Timur dikejutkan oleh fenomena kelangkaan LPG 3kg yang mendadak. Situasi ini memicu kebingungan dan kegelisahan di kalangan masyarakat, terutama bagi mereka yang bergantung pada komoditas tersebut untuk keperluan memasak sehari-hari.

Kelangkaan ini bermula dari penutupan sementara salah satu dari dua Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) yang berlokasi di Polorejo, sehingga hanya menyisakan satu SPBE yang beroperasi di jalan Teratai.

Menurut salah satu pemilik salah satu pangkalan pengecer LPG di Ponorogo yang namanya tidak mau dipublikasikan, penutupan SPBE Polorejo telah berdampak signifikan terhadap distribusi gas elpiji di wilayah tersebut.

"Kondisi tersendatnya distribusi, dan kelangkaan ini sangat mungkin dikarenakan saat ini stasiun pengisian bulk elpiji sementara ini tinggal 1 stasiun, yakni yang di jalan Teratai saja. Sebelumnya ada 2 yang satunya berada di daerah Polorejo sekarang ditutup sementara, jadi pelayanan agak tersendat," ungkapnya dalam sebuah wawancara dengan Songgolangit.

Baca Juga: Gara-gara Viral Selebriti Masak Pakai Gas Melon, Waka Komisi VII usulkan Penghapusan Subsidi Gas Elpiji 3Kg

Dampak dari kondisi ini tidak hanya terbatas pada ketersediaan LPG, tetapi juga mempengaruhi harga jual di tingkat pengecer. Warga Ponorogo yang terbiasa dengan harga stabil, kini harus menghadapi kenyataan pahit dengan adanya lonjakan harga yang cukup signifikan.

Yani, seorang warga setempat, menyampaikan kesulitannya saat ditemui di luar SPBU Trunojoyo. "Sampun kalih minguan langkung kulo kangelan pados LPG, dateng pom sering mboten kebagian. Lha lek tumbas teng toko, sak niki regine awis. Wonten engkang nyade 18.500 ngantos 20.000," keluh Yani, yang artinya "Sudah 2 minggu lebih saya kesulitan cari LPG, di SPBU sering tidak dapat. Kalau beli di toko, sekarang harganya mahal. Ada yang jual Rp. 18.500 sampai Rp. 20.000."

Situasi kelangkaan dan kenaikan harga ini tidak hanya meresahkan warga, tetapi juga menimbulkan serangkaian pertanyaan terkait kebijakan dan manajemen distribusi LPG di tingkat daerah.

Penutupan SPBE Polorejo, meski bersifat sementara, telah menunjukkan betapa rapuhnya sistem distribusi yang ada dan seberapa cepat dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat.

Baca Juga: Waspada! Jangan Beli Gas LPG 3kg Lebih dari Ketetapan Harga Ini di Madiun!

Kondisi ini juga menyoroti pentingnya diversifikasi sumber energi dan peningkatan infrastruktur distribusi untuk menghindari ketergantungan yang berlebihan pada satu titik suplai.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait untuk merumuskan strategi yang lebih resilien dalam menghadapi potensi krisis serupa di masa depan.

Sementara itu, pihak berwenang setempat telah berupaya untuk merespons situasi dengan langkah-langkah penyelesaian yang cepat dan efektif.

Namun, tanpa kejelasan mengenai kapan SPBE Polorejo akan kembali beroperasi, warga Ponorogo masih harus menghadapi ketidakpastian yang berlarut-larut. Ketersediaan LPG yang terbatas dan harga yang tidak menentu menjadi tantangan nyata yang harus dihadapi setiap hari oleh ribuan rumah tangga di Ponorogo.

Baca Juga: RA Soeharsikin: Ibu Kost Legendaris, Pendamping Tjokroaminoto Mengasuh Para Pemuda Aktivis Pergerakan

Di tengah krisis ini, warga Ponorogo berharap akan ada solusi jangka pendek yang dapat mengatasi kelangkaan dan menstabilkan harga, serta langkah strategis jangka panjang yang dapat mencegah terulangnya situasi serupa.

Keberlanjutan pasokan LPG menjadi kunci bagi kelangsungan hidup banyak keluarga, dan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, distributor, dan seluruh elemen masyarakat untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar ini dapat terpenuhi dengan baik.

Dengan situasi yang masih berkembang, warga Ponorogo dan pemerintah daerah diharapkan dapat bekerja sama dalam mencari solusi dan mengatasi tantangan yang ada. Krisis kelangkaan LPG ini bukan hanya sebuah peristiwa ekonomi, tetapi juga ujian bagi ketahanan sosial dan kerjasama komunitas di Ponorogo. ***

Editor: Yudhista AP

Tags

Terkini

Terpopuler