Kontroversi Kesenian Reog tampil di Ebeg Banyumasan, Gemparkan Warganet Ponorogo

- 15 Maret 2024, 15:58 WIB
Penari bertopeng mirip dadak merak bertuliskan “Reog Ponorogo” di pertunjukan Ebeg Banyumasan
Penari bertopeng mirip dadak merak bertuliskan “Reog Ponorogo” di pertunjukan Ebeg Banyumasan /@SeniReogPonorogo/FB

Songgolangit.com - Sebuah pertunjukan yang diunggah oleh pengguna facebook Ebeg Banyumasan Cilacap pada 11 Maret 2024, pukul 13.39, mendadak menjadi sorotan tajam di media sosial.

Video yang menampilkan interpretasi seni Reog Ponorogo tersebut menuai hujatan dari warga Ponorogo, yang merasa kesenian asli mereka telah ditampilkan dengan tidak autentik.

Seorang pengguna Facebook, Yoko Atarru, menuliskan kekecewaannya dengan tegas, “Jaranane lebay ditambah Iki neh Reog. Reog opo wi klo mau niru pelajari dulu aslinya. Sanggup tidak. Klo tidak jangan memaksa. Jangan asal asalan seperti itu semua kesenian punya pakem jadi jangan merubah pakem yang sudah ada. CAMKAN ITU seniman BANYUMAS!!!”

Kritik tersebut menyeruak lantaran penggunaan topeng mirip Dadak Merak dengan tulisan "Seni Reog Ponorogo" yang dianggap menyimpang dari aslinya. Perdebatan ini mencuat ke permukaan, menggugah warganet untuk melontarkan berbagai pendapat.

Baca Juga: Misteri Sejarah Reog Ponorogo Terungkap – Ini Kisah yang Tak Banyak Diketahui

Sulaiman Rosid, pemilik akun Facebook lainnya, mengungkapkan permintaan maaf kepada masyarakat Ponorogo. “Halo Assalamualaikum dulur-dulur ku sing tak sayangi, khususnya Dulur Ponorogo, mohon maaf yang sebesar-besarnya, jika njenengan sami tersinggung terkait visual reog seperti ini... Saya Sulaiman, ada pergerakan pastinya nanti, untuk mengarahkan kembali untuk seniman di Cilacap untuk lebih baik lagi kedepannya mas, saya kemarin sudah mengedukasi terkait bagian Ganongan, besok besok kalo rombongan ku pentas lagi aku datengin temen temen ku dari Ponorogo untuk memberi edukasi terkait dadak merak,” tulis Sulaiman.

Bambang Jembing, seorang warga net, mengambil bagian dalam diskusi dengan menambahkan, “Belajaro pakeme reog Ponorogo mas, sak durunge ngedekne kesenian reog,, dadi Ben ora koyo kesenian tanpo tuan,,,aku pribadi wong Ponorogo, aku yo gak iso kesenian, cuma lek kesenian Songko kutoku di gae jak-jakan model koyo ngono, nyawang wae yo melu semrepet,,. Di toto maneh ben koyo liane,, mulai dadak merak, bujang ganong /ganongan, jatilan, di toto sing apik.. Ojo sokor ae...we lek suokor ngawur ngono kui, kenek hak cipta terus piye. Opo maneh pas reog perang karo barongan,, ora enek critane dadak merak perang karo barongan. Ojo ngawur.

Blendhoe Leboy, menanggapi dengan pesan yang lebih mengkritik “@Sulaiman Rosid gak usah reog-reogan gak enek pantes-pantese. Lestarikan saja budaya Cilacap, reog bukan cuma sekedar tarian. Bagian-bagian reog memiliki arti kabeh enek pakeme gak asal-asalan. Gonmu kui di bandingkan sama reog-regan anak kecil aja masih gak pantes,” tegasnya.

Brown Lobo memberikan dukungan kepada Sulaiman, “sedikit meluruskan pendapat Sulaiman Rosid. Mas sulaiman ini orang Cilacap yang ikut prihatin atas kejadian ini. Di video ini bukan grup mas sulaiman. Tgl 9 lalu, mas Sulaiman diminta dinas untuk mengedukasi masyarakat karena maraknya ganongan dan reog di Cilacap. Lalu, mas sulaiman dan temannya bermain ganong dengan mempertahankan keasliannya, tujuannya biar seniman ikut belajar dan tau beda mana yg asli dan tidak. Mohon dicermati, pernyataan mas Sulaiman diatas murni bentuk keprihatinan.”

Kesenian memang sebuah medium dinamis yang dapat membentuk kembali identitasnya sesuai dengan ruang dan waktu, namun tetap memelihara asas-asas tradisinya.

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x