Ki Jumali Darmo Kondo: Suara Lantang Seni Budaya NU Kini Telah Berpulang

- 5 Mei 2024, 17:22 WIB
Kenangan Terakhir Bersama Ki Jumali, Pelopor Kebebasan Seni di NU saat rakornas di Pasuruan
Kenangan Terakhir Bersama Ki Jumali, Pelopor Kebebasan Seni di NU saat rakornas di Pasuruan /Wirastho/SL

Songgolangit.com - Duka mendalam menyelimuti keluarga besar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) atas berpulangnya Ki Jumali Darmo Kondo, pengurus senior Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU, yang wafat pada Ahad, 5 Mei 2024, pukul 12.50 WIB.

Ki Jumali, yang merupakan sosok yang dituakan di Lesbumi, dikenal sebagai aktivis seni budaya yang gigih dan berdedikasi. Kepulangannya mengagetkan banyak pihak, terutama para pengurus dan anggota Lesbumi di seluruh penjuru negeri. Berita duka ini tersebar dengan cepat melalui grup Whatsapp dan media sosial lainnya, seolah membawa duka yang mendalam bagi para nahdliyin.

KH Abdullah Wong, Wakil Sekretaris Lesbumi PBNU, menyatakan rasa kaget dan kehilangan yang mendalam. "Saya benar-benar terkejut mengetahui kabar bahwa aktivis senior Lesbumi telah berpulang," tuturnya dengan suara yang bergetar.

Ki Jumali dikenal luas sebagai aktivis kebudayaan, terutama saat terjadi pro dan kontra mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) Permusikan. Dia merupakan salah satu suara yang paling lantang dalam mengkritik RUU tersebut, dengan keyakinan bahwa undang-undang jangan sampai membatasi kreativitas seni.

Baca Juga: Tragedi Lalu Lintas Jalan Sultan Agung Renggut Nyawa Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Pada sebuah kesempatan, dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) Lesbumi PBNU, Kyai Jadul Maula, ketua Lesbumi PBNU, menegaskan pentingnya kesenian dalam berdakwah.

"Para wali sudah menciptakan kesenian tanpa teks yang mampu mengkondisikan masyarakat kita berislam dengan santun. Di dunia yang penuh kekacauan ini, kita akan mengemban tugas dakwah melalui seni budaya," ucapnya, menandaskan visi yang juga diemban oleh Ki Jumali.

Dalam Focus Group Discussion Pra-Munas dan Konbes NU 2019 di Gedung PBNU, Ki Jumali berpendapat bahwa musik adalah bentuk kreativitas yang tak terbatas, dan pembatasan hanya akan 'merendahkan' musik tersebut. "Tolak (upaya merendahkan musik). Tidak jelas itu," tegas Ki Dalang Jumali saat itu.

Ia juga menyampaikan pandangannya terkait kontroversi yang ada di kalangan kiai tentang cara melantunkan shalawat. Menurutnya, shalawat yang dilantunkan dengan lagu koplo tetap terasa nikmat dan tidak dapat dibatasi oleh praduga.

Baca Juga: Budaya Kopi: Arena Prestise dan Ekspresi Diri di Indonesia Kontemporer

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah