Network
Songgolangit.com – Tjokroaminoto, nama yang tak asing dalam sejarah, sebagai salah satu pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia. Lahir dari kalangan bangsawan, Tjokroaminoto berada dalam lingkaran keluarga yang telah lama berkecimpung dalam pemerintahan dan keagamaan. Dengan latar belakang keluarga yang kuat dan pendidikan formal, ia berhasil mengukir sejarah sebagai tokoh penting dalam pergerakan anti-kolonial di tanah air.
Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto, dilahirkan pada tanggal 16 Agustus 1882. Kelahirannya bertepatan dengan tahun meletusnya gunung Krakatau di Banten.
Tempat kelahiran Tjokroaminoto telah memicu kontroversi karena dua versi yang bertentangan, satu di Ponorogo dan satu di Madiun. Di Ponorogo, Tjokroaminoto dikatakan lahir di Tegalsari, sedangkan di Madiun ada dua lokasi yang mungkin: Bakur dan Bukur.
Namun, setelah penelitian dan pemeriksaan berbagai sumber sejarah seperti buku "Sejarah Sarekat Islam dan Pendidikan Bangsa" dan "HOS. Tjokroaminoto: Rekonstruksi Pemikiran Dan Perjuangannya", sangat diterima bahwa Tjokroaminoto memang lahir di Ponorogo. Kesimpulan ini didukung oleh SK Presiden nomor SK/590/Tahun/1961 pada tanggal 09 November 1961 tentang pengakuannya sebagai Pahlawan Nasional, mengakui kontribusinya sebagai pendiri dan pemimpin kebangkitan Sarekat Islam di Indonesia.
Tjokroaminoto atau lengkapnya Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, dilahirkan sebagai anak kedua dari dua belas bersaudara. Ayahnya, Raden Mas Tjokroamiseno, adalah seorang pejabat wedana Kleco di Magetan.
Kakeknya, Raden Mas Adipati Tjokronegoro, pernah menjabat sebagai Bupati Ponorogo. Darah kepemimpinan ini juga terlihat dari sang mertua, R.M. Mangoensoemo yang tak lain adalah wakil bupati Ponorogo.
Buyutnya dari pihak bapak adalah Kyai Bagoes Kasan Besari, seorang pemuka Islam terkenal di Ponorogo yang menikahi putri dari Susuhunan II dari Kasunanan Surakarta.
Pendidikan dasar Tjokroaminoto ditempuh di Madiun, di sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Opleiding School Voor Inlandche Ambtenaren (OSVIA) yang berada di Magelang, Jawa Tengah – sebuah lembaga pendidikan tinggi bagi para calon pegawai pribumi saat itu.
