Saksi Bisu Perjuangan: HUT ke-88 Persatuan Hati Ponorogo Diperingati dengan Reog dan Silat!

- 7 Juni 2024, 11:24 WIB
Pagelaran Reog dan Gladi Pencak Silat Meriahkan HUT Persatuan Hati ke-88 di Ponorogo
Pagelaran Reog dan Gladi Pencak Silat Meriahkan HUT Persatuan Hati ke-88 di Ponorogo /Wirastho/SL

Songgolangit.com - Menyemarakkan hari ulang tahun ke-88, Pencak Silat Persatuan Hati (PH) Cabang Ponorogo menggelar pagelaran seni budaya yang memukau. Di depan Masjid Agung R.M.A.A Tjokronegoro, kemeriahan terlihat saat pertunjukan Reog dan gladi pencak silat dilaksanakan, dengan seluruh personel yang merupakan anggota PH. Tak hanya dari Ponorogo, perayaan ini juga dihadiri perwakilan PH dari Ngawi, Madiun, Bantul, dan Solo.

Pak Giyanto, sesepuh Pencak Silat Persatuan Hati, dalam wawancaranya mengungkapkan kebanggaannya atas pencapaian perguruan ini. Berlokasi di Jalan Kyai Modjo, desa Kauman, Kecamatan Kota, kabupaten Ponorogo, perguruan ini didirikan pada tahun 1936 oleh tujuh sesepuh dengan keahlian beragam, mulai dari spiritual, kasepuhan, hingga kejawen. Dari para pendiri tersebut, Mbah Trimo Martodihardjo I paling dikenal karena dedikasinya dalam mengajar kanuragan atau pencak silat.

Asal-usul Pencak Silat Persatuan Hati sendiri bermula dari Yogyakarta, tepatnya di Keraton Ngayogyakarta, yang didirikan pada tahun 1927. Di awal abad ke-20, seiring berkobar semangat nasionalisme, beberapa pemuda di Yogyakarta yang dipimpin oleh Trio Pemuda: R. Soepono, R. Soenardi, dan R. Soebroto, membentuk sebuah perkumpulan beladiri yang dinamakan Be United. Tujuan awalnya adalah untuk melawan perilaku buruk sekelompok 'sinyo' Belanda yang meresahkan anak-anak pribumi.

Baca Juga: Skandal Brotodiningrat: Pengadilan, Pengasingan, serta Pembelaan Tirto Adhi Soerjo dan Snouck Hurgronje

Perkumpulan ini kemudian berkembang pesat dan mengubah namanya menjadi Persatuan Hati, sejalan dengan semangat juang dan nasionalisme yang membara. Nama Persatuan Hati sendiri merupakan manifestasi dari semangat perjuangan kemerdekaan yang kemudian menjadi pijakan bagi Sumpah Pemuda.

Dengan semangat yang tak kunjung padam, Persatuan Hati terus berkembang dan mendirikan cabang di berbagai daerah, termasuk Ponorogo. Pada masa perang kemerdekaan, perguruan ini turut serta berkontribusi bagi Ibu Pertiwi dengan mengirimkan laskar pejuang.

Harapan ke depan, menurut Pak Giyanto, adalah agar PH di Ponorogo dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi kepada negara, dengan membentuk individu yang tangguh dan memiliki hati yang bersatu padu dalam membangun bangsa.

Dalam peringatan ini, pertunjukan Reog menjadi salah satu puncak acara yang menarik perhatian banyak pengunjung. Reog Ponorogo, yang merupakan warisan budaya tak ternilai, menjadi simbol kekayaan tradisi lokal yang terus dipelihara oleh generasi muda. Gladi pencak silat yang dipertontonkan juga menjadi bukti keterampilan dan keahlian para pesilat Persatuan Hati yang terus diasah dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Menguak Rahasia Kertas Gedog: Warisan Intelektual Pesantren Gebang Tinatar Ponorogo

Perayaan ini tidak hanya sebagai bentuk hiburan semata, tetapi juga sebagai wadah bagi anggota PH untuk menunjukkan kekompakan dan kekuatan dalam mempertahankan serta mengembangkan seni beladiri pencak silat. Selain itu, acara ini juga menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar anggota PH dari berbagai daerah.

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah