Eksploitasi Simbol Agama di Film Horor Indonesia: MUI Beri Teguran!

- 31 Maret 2024, 15:02 WIB
Gambar dan Judul poster film yang dipermasalahkan oleh pihak MUI yang bisa dianggap sebagai penghinaan agama
Gambar dan Judul poster film yang dipermasalahkan oleh pihak MUI yang bisa dianggap sebagai penghinaan agama /@inspoaja/X

Songgolangit.com - Industri perfilman Indonesia kembali menjadi sorotan setelah Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan kritik keras terhadap film-film horor yang menggunakan simbol-simbol agama. Kritik ini muncul seiring dengan rencana penayangan film horor terbaru berjudul "Kiblat", yang telah memicu perdebatan di kalangan masyarakat.

Penggunaan unsur religi dalam film horor bukanlah fenomena baru. Beberapa tahun terakhir, judul-judul seperti "MAKMUM", "MUNKAR", "KHANZAB", "SIJJIN", dan "WAKTU MAGHRIB" telah menandai tren ini. Namun, tren ini tidak selalu diterima dengan baik. Banyak sineas dan pemuka agama yang mengkritik pendekatan film-film tersebut, menganggapnya sebagai eksploitasi agama yang tidak sepatutnya.

Baca Juga: Jersey Terbaru Timnas Indonesia Tuai Protes dari Shin Tae-yong dan Netizen, Dianggap Kurang Layak

Ustadz Hilmi Firdausi, pendakwah dan pimpinan YPI Baitul Hikmah, mengungkapkan kekecewaannya. "Film horor bertema religi tidak memiliki nilai-nilai pendidikan, justru membuat masyarakat Indonesia takut beribadah." ujar Ustadz Hilmi.

Menyusul kritikan yang muncul, Leo Pictures, tim produksi film "Kiblat", melakukan proses klarifikasi (tabayyun) dengan MUI. Dalam proses diskusi yang terjalin, Leo Pictures dan MUI mencapai kesepakatan bersama.

Hasil kesepakatan memberikan beberapa persyaratan untuk film Kiblat jika ingin ditayangkan yaitu salah satunya dengan mengubah judul film “Kiblat” dan poster film. MUI juga memberikan arahan tentang pentingnya pemilihan judul dan poster yang tepat untuk menghindari kesalahpahaman. 

Kesepakatan ini merupakan langkah penting dalam industri perfilman Indonesia, menunjukkan bahwa ada ruang untuk dialog dan pemahaman bersama antara pembuat film dan pemuka agama. Hal ini juga menegaskan pentingnya sensitivitas terhadap isu-isu keagamaan dalam karya seni, terutama di negara dengan keberagaman budaya dan agama seperti Indonesia.

Baca Juga: Lebaran 2024: Korlantas Siap Kawal Pemudik Motor, Hindari Macet Total!

Kritik dan dialog yang terjadi diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi sineas Indonesia untuk lebih berhati-hati dalam mengangkat tema-tema religi dalam karya mereka. Ke depannya, diharapkan film-film Indonesia tidak hanya menghibur tapi juga memberikan nilai edukasi yang positif bagi masyarakat, tanpa menimbulkan kontroversi atau kesalahpahaman.

Kesadaran ini penting untuk menjaga harmoni sosial dan keberagaman yang menjadi kekayaan bangsa. Film sebagai medium ekspresi dan pendidikan harus mampu menghargai dan menghormati nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, serta mendorong dialog yang konstruktif demi kemajuan bersama. Dengan adanya kesepakatan ini, diharapkan film "Kiblat" dan film-film horor religi lainnya akan lebih memperhatikan aspek-aspek sensitif tersebut, sehingga dapat diterima dengan baik oleh semua lapisan masyarakat Indonesia. ***

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah