Ekonomi Bergejolak, Rupiah Anjlok: Simak Faktor Penyebab Rupiah Melemah Hari Ini!

16 April 2024, 18:46 WIB
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. /Antara/Muhammad Adimaja/

Songgolangit.com – Rupiah mengalami pelemahan signifikan dalam penutupan perdagangan sore ini, tercatat merosot sebesar 327 poin atau 2,07 persen ke posisi Rp16.175 per dolar Amerika Serikat (AS), menurut data Bloomberg. Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar uang domestik.

Analis Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan bahwa penguatan mata uang Paman Sam disebabkan oleh kondisi ekonomi Amerika yang masih menunjukkan inflasi yang stagnan dan pertumbuhan yang solid.

"Inflasi yang belum juga mereda di Amerika Serikat dan pertumbuhan ekonomi yang kuat membuat investor mengurungkan niat mereka untuk mengharapkan penurunan suku bunga oleh bank sentral AS," terang Ibrahim dalam analisisnya.

Baca Juga: Inilah Alasan Mengapa Harga Emas Antam Hari Ini Melonjak Jadi Rp1.324.000 per gram

Lebih lanjut, Ibrahim menyoroti isu geopolitik yang tengah memanas. "Pelaku pasar juga masih fokus pada meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, yang berpotensi meningkatkan permintaan dolar AS sebagai mata uang safe haven," imbuhnya.

Dari sisi dalam negeri, pelaku pasar tengah menanti dampak Ramadan dan Lebaran terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Estimasi dampaknya terhadap ekonomi nasional berkisar antara 0,14 hingga 0,25 persen poin.

"Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun ini diperkirakan berada di angka 5 hingga 5,1 persen. Faktor penopangnya antara lain adalah peningkatan belanja masyarakat yang ditunjang oleh bansos dan pelaksanaan pemilu," jelas Ibrahim.

Namun, ada kecenderungan inflasi yang meningkat akibat lonjakan harga pangan. Tingginya laju inflasi ini diprediksi akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan ekonomi di triwulan pertama tahun 2024 karena dapat menurunkan daya beli masyarakat.

Baca Juga: Nilai Dolar AS Tembus 16.000 Rupiah per USD, BI Akan Intervensi Devisa atau Naikkan Suku Bunga?

Faktor Tekanan Pasar dan Geopolitik Internasional

Di sisi lain, terdapat perhatian terhadap serangkaian pidato oleh anggota Federal Reserve AS yang dijadwalkan berlangsung pada hari Selasa, dengan fokus pada ketua Jerome Powell yang akan berdiskusi dengan Gubernur Bank of Canada, Tiff Macklem.

Pasar global menanti arah kebijakan suku bunga AS yang akan disampaikan oleh Powell, terutama setelah terindikasi inflasi AS yang diperkirakan akan bertahan lebih lama, memberikan dorongan bagi bank sentral untuk mempertahankan suku bunga tinggi.

Kalender ekonomi juga akan diramaikan dengan rilis data produksi industri untuk bulan Maret, serta data terbaru mengenai permulaan pembangunan rumah dan izin bangunan yang akan memberikan gambaran lebih lanjut mengenai kondisi sektor perumahan.

Di pasar minyak, harga stabil pada hari Selasa, di tengah analisis data pertumbuhan ekonomi China serta prospek yang tidak menentu di Timur Tengah. Pada pukul 06:40 ET, harga minyak mentah AS turun sebesar 0,3% menjadi $85.17 per barel, sementara kontrak Brent turun 0,2% menjadi $89.89 per barel.

Ekonomi China tumbuh lebih dari ekspektasi pada kuartal pertama, yang mendukung pasar minyak, mengingat pemulihan importir minyak terbesar di dunia tahun ini menjadi faktor utama yang mendorong prediksi bullish.

Baca Juga: Drone Harga Murah dengan Reputasi Tempur: Mengintip Strategi Perang Iran Menggunakan Drone 'Cupu' Shahed 136

Harga minyak sempat melonjak minggu lalu ke tingkat tertinggi sejak Oktober, namun turun pada hari Senin setelah serangan Iran terhadap Israel di akhir pekan terbukti tak terlalu merusak dari yang diperkirakan, sehingga meredakan kekhawatiran konflik yang meningkat dengan cepat akan mempengaruhi pasokan dari kawasan kaya minyak ini. ***

Editor: Yudhista AP

Tags

Terkini

Terpopuler