Nilai Dolar AS Tembus 16.000 Rupiah per USD, BI Akan Intervensi Devisa atau Naikkan Suku Bunga?

- 12 April 2024, 00:55 WIB
Wow, Mata Uang Rupiah Melemah ke Level Rp16.000 per USD
Wow, Mata Uang Rupiah Melemah ke Level Rp16.000 per USD /ilustrasi/

Songgolangit.com - Beberapa hari terakhir, nilai kurs rupiah tertekan hingga melewati angka 16.000 rupiah per dolar Amerika. Fithra Faisal Hastiadi, seorang ekonom senior di Samuel Sekuritas Indonesia dan anggota fakultas di Sekolah Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, telah memberikan pandangannya terkait kondisi terkini pasar keuangan global.

Dalam tulisannya di The Jakarta Post, Fithra Faisal Hastiadi menyatakan bahwa pernyataan terbaru dari Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell, yang dikombinasikan dengan data PMI jasa AS yang menurun, telah membantu meredakan ketegangan terhadap nilai tukar rupiah.

Menurutnya, Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang untuk melakukan intervensi ganda di pasar tanpa menaikkan tingkat Seven-Day Reverse Repo Rate pada kuartal kedua tahun ini.

Baca Juga: Beras SPHP Jadi Solusi Pemerintah Atasi Inflasi, Benarkah Efektif?

Menurut analisisnya, intervensi melalui cadangan devisa akan memberikan respons yang cepat terhadap penguatan rupiah terhadap dolar AS.

Dengan cadangan devisa sebesar 140 miliar dolar AS, BI masih memiliki cukup ruang untuk menanggulangi fluktuasi nilai tukar rupiah. Selain itu, BI juga dapat mengumpulkan devisa dari beberapa eksportir besar yang masih belum mematuhi regulasi, dengan perkiraan perolehan sekitar 8 hingga 10 miliar dolar AS.

Menurut Fithra, intervensi sebesar 1 miliar dolar AS sudah cukup untuk menstabilkan rupiah sementara waktu. Jika terlalu mahal, intervensi sebesar 500 juta dolar AS sudah cukup untuk menjaga rupiah sekitar 15.800 terhadap dolar AS. Namun, apakah kenaikan suku bunga merupakan alternatif yang lebih baik?

Analisisnya menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin justru dapat menyebabkan depresiasi rupiah sebesar 50 basis poin terhadap dolar AS. Meskipun demikian, Fithra menekankan bahwa kenaikan suku bunga tidak selalu menghasilkan apresiasi mata uang, seperti yang pernah dilakukan Bank of Japan terhadap yen.

Baca Juga: Perum Bulog Tingkatkan HPP Gabah demi Stabilisasi Produksi Beras Nasional

Namun demikian, kenaikan suku bunga dalam jangka panjang dapat menyebabkan depresiasi rupiah yang signifikan, berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan target pertumbuhan 5% tahun ini. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi suku bunga antara BI dan Fed tidak selalu berjalan sejalan dalam jangka pendek.

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah