Hartini: Istri Bung Karno Kelahiran Ponorogo, yang Setia Hingga Hembusan Nafas Terakhirnya

- 28 April 2024, 01:00 WIB
Kisah Hidup Hartini, Pendamping Setia Bung Karno Hingga Akhir Hayat
Kisah Hidup Hartini, Pendamping Setia Bung Karno Hingga Akhir Hayat /

Songgolangit.com – Hartini, perempuan kelahiran Pudak Ponorogo, 20 September 1924, telah menorehkan tinta emas dalam sejarah Indonesia sebagai pendamping setia Presiden pertama RI, Soekarno.

Meski tak pernah menjabat sebagai ibu negara, Hartini tetap patuh dan setia menemani Bung Karno hingga detik-detik terakhir keruntuhan kekuasaannya.

Mengenang kembali perjalanan cinta mereka, Hartini dan Soekarno pertama kali bertemu di Salatiga pada tahun 1952. Saat itu, Soekarno yang tengah dalam perjalanan menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada, terpikat pada pandangan pertama kepada Hartini.

Setahun berselang, takdir kembali mempertemukan mereka di peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan.

Melalui sepucuk surat yang dikirim dengan nama samaran Srihana, Soekarno mengungkapkan isi hatinya kepada Hartini.

Baca Juga: Rakyat Ponorogo Memberikan Gelar Ki Lurah Agung kepada Bung Karno

Dua hari setelah kelahiran Guruh Soekarno Putra, pada tanggal 15 Januari 1953, Soekarno meminta izin kepada Fatmawati, istrinya kala itu, untuk menikahi Hartini.

Meski Fatmawati mengizinkan, keputusan ini menimbulkan kontroversi dan protes dari berbagai organisasi wanita yang anti poligami, termasuk Perwari.

Pada usia 28 tahun, Hartini, yang saat itu merupakan janda dengan lima orang anak, resmi dinikahi oleh Soekarno pada 7 Juli 1953 di Istana Cipanas, Jawa Barat.

Kehidupan mereka berlanjut dengan harmonis, dan Hartini melahirkan dua putra dari pernikahan mereka, Bayu dan Taufan Soekarnoputra.

Hartini, yang merupakan simbol perempuan Jawa yang setia, nrimo, dan penuh bakti, juga dikenal akan perannya dalam mendampingi Soekarno di berbagai acara kenegaraan.

Tahun 1964, Hartini pindah ke salah satu paviliun di Istana Bogor dan turut serta dalam pertemuan kenegaraan dengan tokoh-tokoh dunia seperti Ho Chi Minh, Norodom Sihanouk, serta Akihito dan Michiko.

Baca Juga: Makam Di Masjid Agung R.M.A.A Tjokronegoro dan Penerima Bintang Orde Singa Belanda

Dengan latar belakang keluarga yang sederhana, Hartini adalah anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Osan Murawi dan Mairah.

Ayahnya yang bekerja pada Departemen Kehutanan sering berpindah tugas membuat Hartini menyelesaikan pendidikan dasarnya di Malang. Kemudian, ia diangkat anak oleh keluarga Oesman di Bandung dan melanjutkan pendidikan di Nijverheidsschool (Sekolah Kepandaian Putri) Bandung.

Hartini berpulang pada 12 Maret 2002 di Jakarta, meninggalkan tujuh anak, Bayu Soekarnoputra dan almarhum Taufan Soekarnoputra (dari Bung Karno) serta Siti Suwandari, Herwindo, Tri Harwanto, Sri Wulandari, dan Riswulan (dari Soeswondo). Namun, kenangan akan dedikasi dan cinta sejatinya kepada Bung Karno akan terus hidup dalam sejarah bangsa Indonesia.

Dalam surat wasiat yang ditulis oleh Sukarno tertanggal 24 Mei 1964, setelah meninggal salah satu pesannya untuk dikuburkan berdampingan dengan Hartini.

"Dan saya menghendaki, supaya kelak jenazah istri saya Hartini dikuburkan berdampingan dengan jenazahku itu," tulisnya.

Namun sayangnya, Rezim Orde Baru memeintahkan agar Sukarno dimakamkan di lokasi yang jauh dari ibukota: Blitar.***

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah