Kisah Inspiratif Lima Pekerja Migran Indonesia yang Diganjar Penghargaan di Taiwan

- 1 Mei 2024, 02:08 WIB
Arsip - Direktur Global Workers' Organization (GWO) Karen Hsu berdiskusi dengan para pekerja migran asal Indonesia di Taipei.
Arsip - Direktur Global Workers' Organization (GWO) Karen Hsu berdiskusi dengan para pekerja migran asal Indonesia di Taipei. /ANTARA/HO-GWO Taiwan/

Songgolangit.com - Dalam sebuah upacara penghargaan yang diadakan oleh otoritas New Taipei City, lima Pekerja Migran Indonesia (PMI) mendapatkan pengakuan atas dedikasi dan kerja keras mereka sebagai pekerja teladan. Penghargaan ini menjadi simbol penghormatan atas kontribusi mereka dalam mendukung perekonomian dan pembangunan di Taiwan.

Salah satu penerima penghargaan, Syifanul Janah, 41 tahun, asal Demak, yang bekerja sebagai perawat di panti jompo, mengungkapkan perasaannya yang berkecamuk, "Rasanya 'ndredeg'," tuturnya. Syifanul, bersama dengan empat PMI lainnya, diakui oleh Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei atas keunggulan dalam pekerjaan mereka.

Empat PMI lain yang turut serta dalam menerima penghargaan adalah Samikhun, 40 tahun, pekerja pabrik dari Cilacap; Umi Kulsum, 28 tahun, perawat di rumah dari Ngawi; Siti Purnati, 54 tahun, perawat di rumah dari Kendal; dan Titinih, 41 tahun, perawat di rumah dari Indramayu.

Mereka telah mengabdikan diri di Taiwan mulai dari 1,5 tahun hingga 14 tahun, menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam pekerjaan yang mereka tekuni.

Baca Juga: Kisah Pilu Asmaul Husna: Migran Ilegal Berjuang Lawan Diabetes di Malaysia, Akhirnya Pulang ke Ponorogo!

"Kerajinan dan semangat bekerja menjadi kunci utama saya dianugerahi penghargaan ini," ujar Samikhun, yang telah menunjukkan keteladanan sebagai pekerja pabrik.

Sementara itu, Umi Kulsum memberikan pesan inspiratif kepada rekan-rekan PMI lainnya, "Kita harus bekerja dengan baik, kalau kita sudah niatin ke sini, kita harus menganggap pasien kita seperti keluarga sendiri."

Titinih, mendedikasikan penghargaan ini kepada keluarganya, "Penghargaan dan perjuangan saya di Taiwan dipersembahkan untuk almarhumah ibu dan anak yang telah tinggal berjauhan selama 12,5 tahun," katanya.

Adapun Siti Purnati, dengan kesabaran dan ketekunan, berhasil mengatasi tantangan bahasa dan budaya, "Doa dan ikhtiar mengantarkan saya bekerja untuk majikan yang sabar," ungkapnya.

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah