Hujan di Malam Jumat: Antara Prakiraan BMKG dan Mitos Lokal Ponorogo

- 30 Maret 2024, 12:42 WIB
Ilustrasi: suasana hujan deras
Ilustrasi: suasana hujan deras /Frengki Criss/SL

Songgolangit.com - Hujan kembali mengguyur Ponorogo, sesuai dengan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang dirilis melalui situs resminya(29/3/2024). Dalam laporan tersebut, wilayah Ponorogo akan mengalami curah hujan dari pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB.

Fenomena alam ini bukan hanya sekadar perubahan cuaca, melainkan juga membawa cerita dan keyakinan yang telah lama hidup dalam masyarakat. Masyarakat Jawa, terutama para petani, memiliki keyakinan bahwa hujan yang terjadi pada malam Jumat cenderung memiliki intensitas yang lebih lebat dan durasi yang lebih lama.

Baca Juga: Transisi Musim Hujan Ke Kemarau, BMKG Juanda Rilis Peringatan Cuaca Ekstrem di Jatim

"Biasanya orang Jawa meyakini bahwa hujan Malam Jumat itu tanda bahwa hujan akan terjadi sepekan depan. Lebih lebat dan panjang," ujar Arif, seorang petani daerah Prajegan.

Mitos yang berkaitan dengan hujan dan hari-hari tertentu memang telah menjadi bagian dari kearifan lokal di Indonesia. Khususnya di kalangan petani, hujan malam Jumat dianggap sebagai pertanda yang diperhatikan.

Kepekaan membaca alam para petani menjadi langkah mereka melakukan antisipatif pengolahan sawah. Kepercayaan ini berakar dari pengalaman dan observasi para petani terhadap pola cuaca dan alam sekitar yang telah turun-temurun.

Arif menceritakan, bahwa perbincangan mengenai tanda hujan malam Jumat tersebut bermula dari ucapan seorang petani tua saat mereka sedang bekerja di sawah. "Kemarin saat di Sawah, tiba-tiba Mbah-mbah pemilik sawah samping bilang kalau nanti malam Jumat hujan berarti hujannya akan awet," tuturnya.

Baca Juga: Madiun Siaga! Ancaman Banjir dan Longsor di Musim Hujan, BMKG Beri Peringatan Ekstra: Waspada Awan Hitam

Cerita tersebut kemudian menjadi bahan pembicaraan dan refleksi bahwa masyarakat Jawa sebenarnya sangat memperhatikan tanda-tanda alam. Arif yang sebelumnya melupakan cerita tersebut pada akhirnya merefleksikan kembali.

“Akhirnya saya sadari kembali. Bahwa ilmu titen (perkiraan) masyarakat Jawa itu memang sesuai dengan Prakiraan BMKG. Nanti tinggal dibuktikan saja, seminggu kedepan sering hujan atau tidak,” ungkap Arif sembari berkelakar dengan rombongannya.

Mitos serupa juga terdapat di daerah Maros Baru, Sulawesi Utara. Petani Maros mempercayai jika hujan turun pada hari Jumat subuh, maka hujan akan reda pada Jumat pekan berikutnya. Keyakinan semacam ini menunjukkan bahwa masyarakat pedesaan masih memegang teguh kearifan lokal dalam memahami dan merespons alam sekitar.

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah