Pergi untuk Selamanya: Abdul Hadi W.M. Meninggalkan Jejak Abadi Sastra Puisi-puisi dan Dunia Pendidikan

- 20 Januari 2024, 17:21 WIB
Abdul Hadi WM (1946-2024)
Abdul Hadi WM (1946-2024) /dok FB Abdul Hadi

SONGGOLANGIT.COM - Sastrawan terkemuka Indonesia, Abdul Hadi W.M., meninggal dunia pada usia 77 tahun, meninggalkan warisan pemikiran dan karya yang telah memberikan sentuhan sufisme dalam sastra Indonesia. Seorang pemikir, pendidik, dan sastrawan yang visioner, Abdul Hadi W.M. akan selalu diingat untuk kontribusinya yang luas terhadap dunia sastra dan filsafat.

Sastrawan dan akademisi ternama, Dr. Hj. Abdul Hadi Wiji Muthari, atau lebih dikenal sebagai Abdul Hadi W.M., meninggal dunia pada Jumat, 19 Januari 2024, di usia 77 tahun. Universitas Paramadina, tempat Abdul Hadi W.M. menjabat sebagai Guru Besar Fakultas Falsafah dan Peradaban, mengumumkan kabar duka ini melalui media sosial. Sejak tahun 1970-an, Abdul Hadi W.M. telah memberikan kontribusi besar dalam meramaikan warna sufisme dalam sastra Indonesia.

Abdul Hadi W.M. lahir dengan nama Abdul Hadi Wijaya dan mengubah namanya menjadi Wiji pada masa dewasa. Lahir dari garis keturunan peranakan Tionghoa di Sumenep, Madura, Abdul Hadi tumbuh dalam keluarga yang menghargai pendidikan dan seni. Ayahnya, seorang saudagar dan guru bahasa Jerman, dan ibunya, putri keturunan Mangkunegaran, memberi pengaruh besar dalam kecintaannya pada sastra dan filsafat.

Pendidikan formalnya di bidang sastra dimulai di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan berlanjut di studi Filsafat Barat. Ia kemudian beralih ke Antropologi di Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada tahun 1973-1974, Hadi mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat, dan kemudian melanjutkan studi di Hamburg, Jerman. Kesempatan studi dan penelitian juga membawanya ke Universitas Sains Malaysia di Penang, Malaysia, di mana ia mendapatkan gelar master dan doktor filsafat.

Di Indonesia, Abdul Hadi W.M. dikenal akan ketajaman pemikirannya dalam dunia tasawuf. Karya-karyanya, seperti "Sastra Sufi: Sebuah Antologi" dan "Sejarah Kebudayaan Islam", memberikan perspektif baru dalam memahami tasawuf dan kebudayaan Islam.

Maman S. Mahayana, sastrawan dan teman dekatnya, mengatakan bahwa pemikiran tasawuf Abdul Hadi tidak hanya terbatas pada urusan akhirat, tetapi juga bagaimana masyarakat menjalani kehidupan. "Lebih ke sosiologis dan antropologis," ujar Maman. Salah satu tulisan terkenal Abdul Hadi, "Kembali ke Akar Kembali ke Sumber", mengupas bahwa tasawuf juga berkaitan dengan ketatanegaraan dan filsafat.

Selain sebagai penulis dan pemikir, Abdul Hadi W.M. juga dikenal sebagai pendidik yang berdedikasi. Melalui pesantren An-Naba yang ia dirikan di kota kelahirannya pada tahun 1990, ia mengajarkan sastra, seni rupa, dan berbagai disiplin seni lainnya kepada para santri.

Beberapa Puisi Abdul Hadi W.M.

Tuhan, Kita Begitu Dekat

Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat    
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu.

La Condition Humaine

Di dalam hutan nenek moyangku
Aku hanya sebatang pohon mangga
— tidak berbuah tidak berdaun
Ayahku berkata: “Tanah tempat kau tumbuh
memang tak subur nak,” sambil makan
buah-buahan dari pohon kakekku dengan lahapnya

Dan kadang malam-malam
tanpa sepengetahuan istriku
akupun mencuri dan makan buah-buahan
dari pohon anakku yang belum masak

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah