Inovasi Reog Santri: Menjaga Tradisi, Menyebarkan Dakwah

- 21 Maret 2024, 04:51 WIB
Pementasan Reog Santri SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo
Pementasan Reog Santri SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo /Frengki Criss/SL

Songgolangit.com - Seni Reog Ponorogo yang telah menjadi icon budaya Indonesia, kian menunjukkan fleksibilitasnya dalam beradaptasi dengan perubahan zaman. Kreasi-kreasi segar seperti reog campursari, reog santri, dan reog versi wayang golek, menjadi bukti bahwa  kesenian reog tidak lekang oleh waktu dan terus diturunkan kepada generasi penerus.

Salah satu kreasi yang muncul adalah reog santri. Variasi pentas reog ini merupakan inovasi yang menggabungkan unsur kesenian tradisional dengan nilai-nilai agama Islam, yang berkembang subur di tengah komunitas pesantren di Ponorogo. Bukan hanya sebagai sarana hiburan, reog santri dijadikan medium efektif untuk menyampaikan pesan dakwah Islami.

Baca Juga: Serat Centhini Buka Rahasia: Jejak Autentik Reog Ponorogo

Menurut Ridho Kurnianto, salah satu anggota tim penyusun buku Obyog, Garapan, Pelajar, Santri: 4 Variasi Pelestarian Seni Reyog Ponorogo, terdapat penyesuaian baik dalam kostum maupun alur pentas yang menyerap unsur-unsur Islami. Penari jathil berjilbab, warok dan kelana sewandana mengenakan kaos lengan panjang, dan beberapa syair yang mengandung nilai-nilai Islami.

Serupa makna filosofis yang tercantum dalam buku Pedoman Dasar Kesenian Reog dalam Pentas Budaya Bangsa (1995) yang memaknai berbagai istilah nama dan perlengkapan reog dalam makna islam. Kesenian reog dimaknai sebagai media untuk mendakwahkan nilai-nilai Islam.

Kehadiran institusi pendidikan Islam seperti Adanya Pondok modern Darussalam Gontor, Pondok Modern Ar-Risalah Slahung, Pondok Modern Walisongo Ngabar, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, IAIN Ponorogo, dan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo memberi ruang bagi berkembangnya varian reog santri. Dengan menyesuaikan tampilan dan pesan yang disampaikan, reog santri menjadi sarana pendidikan karakter yang kaya akan nilai-nilai keagamaan.

Baca Juga: Lebih dari Sekadar Reog, Ini Sejarah Ponorogo yang Tak Terlupakan

Salah satu adaptasi yang menarik adalah penggunaan ayat-ayat Al-Quran dalam syair alur dalam pentas. Dalam buku Obyog, Garapan, Pelajar, Santri 4 variasi Pelestarian Seni Reyog Ponorogo (2018), saat pembuka pentas dimunculkan teks QS. Ali Imran: 110, saat tari warok dikutip QS. Shad: 20, saat Prabu Kelana Sewandana menjelang mencambuk Singa Barong dengan pecut samandiman dikutipkan teks QS. Al-Isra: 81.

Hal tersebut menunjukkan adanya usaha para pelaku seni dalam mengintegrasikan ajaran Islam ke dalam praktik seni tradisional.

Penyesuaian ini terutama terlihat dalam kostum yang digunakan dalam reog santri, di mana pakaian penari menjadi lebih tertutup. Penari jathil dengan jilbab, penari warok dan kelana sewandana memakai pakaian lengan panjang. Sementara itu, berbagai lirik dan syair yang mengandung pesan Islami sering terdengar dalam setiap pertunjukan.

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x