Songgolangit.com -Di Ponorogo Lebaran juga memiliki penyebutan lain yakni Bodo (bakda) asal kata bahasa Arab ba'da, secara harafiah berarti: setelah, usai, pasca, atau setelah melaksanakan ibadah puasa Ramadan.
Ponorogo, sebagai salah satu daerah sebagai bagian dari titik penyebaran Islam di Nusantara, memiliki banyak tradisi dan ritus keagamaan dalam menyambut sampai dengan perayaan Haru Raya Idul Fitri ini.
Nyekar menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Ponorogo, sebagai bentuk penghormatan dan khidmat kepada nenek moyang. Tradisi nyekar di Ponorogo tidak hanya dilakukan menjelang Ramadan, tetapi juga menjadi bagian integral dari perayaan Lebaran.
Baca Juga: Kesalahan Penyajian Visual Sejarah: Kasus Foto Kyai Ageng Ngali Muntoha sebagai Kyai Muhammad Besari
Maksud berziarah tidak hanya sekadar memberikan penghormatan kepada orang-orang yang telah tiada, tetapi juga sebagai momen refleksi dan introspeksi diri tentang arti kehidupan dan kematian. Tradisi nyekar merupakan warisan budaya yang kaya akan makna dan nilai-nilai kearifan lokal.
Saat Nyekar biasanya ada penggunaan bunga dan wewangian saat ziarah kubur. Hal itu mengandung alasan sederhana, yakni aromanya yang wangi. Wangi harum dari bunga dipercaya dapat mendatangkan malaikat untuk melindungi tanah pekuburan.
Nyekar sendiri memiliki filosofi mendalam, nyekar asal katanya adalah sekar (kembang).
Nye Kar : mekarkan, kembangkan apa - apa yang menjadi warisan laku dan amal ibadah dari mereka yang telah meninggal (orang tua, saudara dan leluhur). ***