Kekerasan pada Anak di Indonesia: Tanggung Jawab Siapa Saat Keluarga Menjadi Pelaku?

- 17 April 2024, 02:29 WIB
KPAI Ungkap Data Mengejutkan: Lebih dari 50% Kekerasan Anak Terjadi di Rumah!
KPAI Ungkap Data Mengejutkan: Lebih dari 50% Kekerasan Anak Terjadi di Rumah! /


Songgolangit.com – Di tengah gempita keceriaan yang seharusnya menghiasi masa kanak-kanak, ironisnya, kekerasan dan pelecehan terhadap anak masih menjadi isu yang mengkhawatirkan.

Berdasarkan data terbaru dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terdapat 1056 kasus pelanggaran hak anak yang berasal dari lingkungan keluarga dan pengasuh alternatif pada kuartal akhir tahun 2023. Angka ini mencerminkan 58,7 persen dari total pelanggaran yang terjadi, sebuah realitas yang mengundang keprihatinan mendalam.

Kasus-kasus kekerasan seksual oleh pengasuh dan pelecehan oleh ayah kandung yang baru-baru ini mencuat di media massa menunjukkan betapa rapuhnya perlindungan yang seharusnya diberikan kepada anak oleh mereka yang paling dekat.

Baca Juga: Rahasia Puasa Sehat untuk Penderita Diabetes – Tidur Setelah Sahur Bisa Picu Kenaikan Gula Darah

Dr Ike Herdiana M.Psi., Dosen Ahli Psikologi Sosial dari Universitas Airlangga, mengungkapkan bahwa faktor-faktor seperti kemiskinan, kurangnya pengetahuan, pendidikan yang rendah, dan kondisi personal lainnya dapat memicu perilaku kekerasan tersebut.

"Kemiskinan, kurangnya wawasan, pendidikan rendah dan faktor personal lain mempengaruhi perilaku kekerasan terhadap anak," ujar Dr Ike dalam wawancara di Surabaya.

Kekerasan yang dialami anak tidak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga luka psikologis yang mendalam.

Dr Ike menekankan bahwa perlakuan buruk pada masa tumbuh kembang anak dapat menimbulkan bayangan buruk yang terus menghantui mereka, berpotensi menimbulkan perasaan pantas mendapatkan perlakuan buruk, rasa bersalah, malu, dan ketidakberdayaan.

Baca Juga: Dampak Bullying Merusak Kesejahteraan Anak, Ini Tips dari Ibu Peduli Bullying untuk Melindungi Anak!

"Anak yang menjadi korban kekerasan dan pelecehan bisa merasa tidak diinginkan, tidak layak dicintai atau dihormati," terang Dr Ike.

Tidak jarang pula pelaku mengancam korban agar tidak melapor, membuat anak memilih untuk diam. Namun, penting bagi anak untuk dipindahkan dari lingkungan pelaku dan mendapatkan pendampingan yang tepat.

Dr Ike menyarankan agar anak dibawa ke rumah aman dan didampingi oleh keluarga yang bertanggung jawab atas kondisi anak pasca kejadian.

"Anak harus dijauhkan dari pelaku, pendampingan psikologis dilakukan, dan pelaku harus diproses secara hukum," tegas Dr Ike.

Orang tua memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak. Mereka harus membangun suasana rumah yang sehat dan ramah anak, serta mendidik anak dengan disiplin tanpa kekerasan.

Baca Juga: KPAI: Cuti Ayah Bisa Tekan Angka Perceraian, Kriminalitas, dan Masalah Pengasuhan

"Disiplinkan anak dengan pertimbangan matang, hindari bertindak saat emosi, dan pastikan tindakan serta perkataan sudah tepat," saran Dr Ike.

Selain itu, orang tua juga harus proaktif melaporkan kekerasan yang terjadi pada anak dan membantu dalam proses pemulihan. Membangun hubungan yang positif dan harmonis dengan anak serta mendukung kegiatan mereka adalah langkah penting untuk meningkatkan kesadaran anak tentang hak-hak mereka. ***

Editor: Yudhista AP

Sumber: Kominfo Jatim


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah