Nilai Kurs Rupiah Tertekan! PDB AS Goyang, Bagaimana Nasib Investor?

26 April 2024, 11:09 WIB
Ilustrasi lembaran rupiah dan dolar AS. Kurs rupiah terhadap dolar AS menguat pada perdagangan Selasa pagi, 10 Oktober 2023. /ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/am./Puspa Perwitasari/ANTARA

Songgolangit.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan di penghujung pekan, beriringan dengan rilis data produk domestik bruto (PDB) AS yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari ekspektasi.

Pada pembukaan perdagangan Jumat, rupiah terdepresiasi sebesar 20 poin atau 0,12 persen menjadi Rp16.208 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.188 per dolar AS.

"Pertumbuhan PDB yang lebih lemah dari perkiraan dan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan membebani mata uang dolar AS dan memberikan hambatan pada mata uang rupiah," ujar Taufan Dimas Hareva, analis ICDX.

Amerika Serikat mencatatkan pertumbuhan ekonomi tahunan pada kuartal pertama tahun 2024 yang melambat menjadi 1,6 persen, dari sebelumnya 3,4 persen, dan terpaut jauh dari proyeksi 2,5 persen.

Baca Juga: Kurs Rupiah Anjlok, Bali Tetap Jadi Primadona Wisatawan Dunia!

Menurut Taufan, kondisi ini sejatinya menguntungkan bagi investor yang mengharapkan Federal Reserve untuk mempercepat penurunan suku bunga, namun kecepatan pelonggaran yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap perekonomian AS.

Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mengalami pelemahan, dibuka turun 0,11 persen di level 7.147. IHSG masih berisiko mengalami koreksi lebih lanjut, sejalan dengan pelambatan ekonomi AS.

"Hari ini IHSG berpotensi tes break resistance di 7.200. Jika belum berhasil, ada potensi koreksi lagi. Level support berada di 7.070-7.120 dan level resist di 7.200-7.240," terang Fanny Suherman, Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas.

Kemerosotan IHSG pada penutupan perdagangan Kamis diakibatkan oleh aksi jual bersih oleh investor asing sebesar Rp1.13 miliar, dengan saham-saham seperti BBRI, AMMN, TLKM, ICBP, dan BBCA menjadi objek penjualan terbanyak.

Baca Juga: Dampak Boikot Produk Pro Israel Dirasakan McDonald's, Alami Penurunan Pendapatan dan Harga Saham

Pasar saham global pun mengalami penurunan pada hari Kamis, dengan mayoritas bursa di Asia-Pasifik dan Wall Street di Amerika Serikat turut terkoreksi.

Sementara itu, di pasar saham Asia, terjadi kenaikan hati-hati seiring dengan ekspektasi bahwa penurunan suku bunga AS kemungkinan besar masih akan berlangsung beberapa waktu lagi. Saham-saham Jepang dan obligasi pemerintah Jepang mengalami tekanan menjelang keputusan kebijakan Bank of Japan.

Sebelum keputusan tersebut, yen Jepang berada di dekat titik terendah dalam 34 tahun dan sedikit berubah pada 155.62 per dolar, sementara yield obligasi pemerintah Jepang untuk jangka waktu 10 tahun naik ke titik tertinggi dalam lima bulan sebesar 0,93 persen.

Yield obligasi di seluruh kurva juga mencapai puncak baru, dengan beberapa mencatat rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. ***

Editor: Yudhista AP

Tags

Terkini

Terpopuler