DPRD Bahas Rencana Reaktivasi Jalur Kereta Madiun-Ponorogo, Benarkah Akan Berdampak Penggusuran Lahan?

24 Januari 2024, 20:15 WIB
Petugas menggunakan alat berat membongkar paksa bangunan pasar di lahan bekas Stasiun Kereta Api di Ponorogo, Senin (21/1/2019). /Siswowidodo/Antara

SONGGOLANGIT.COM - DPRD Ponorogo tengah mempertimbangkan opsi reaktivasi rel kereta api yang menghubungkan Madiun dan Ponorogo, khususnya jalur Slahung, setelah mengesahkan Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2023-2043 pada Senin (22/1/2024).

Dikutip PonorogoNews.com, Ketua DPRD Ponorogo, Sunarto, menyatakan bahwa proses reaktivasi ini sudah di dalam tahap kajian oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian beberapa tahun lalu, dan kini memasuki fase evaluasi alternatif.

Sunarto menjelaskan ada empat opsi yang sedang dipertimbangkan.

Alternatif pertama adalah mengaktifkan kembali jalur yang sudah ada (eksisting).

Alternatif kedua dan ketiga melibatkan pembuatan jalur baru yang mengarah ke Stasiun Balong, baik dari utara Terminal Seloaji maupun dari timur.

Sedangkan alternatif keempat mempertimbangkan pemutusan jalur sampai Stasiun Balong saja, tanpa berlanjut ke Stasiun Slahung.

"Kita berusaha agar reaktivasi ini tidak jatuh pada pilihan pertama," ujar Sunarto.

Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa banyak warga masyarakat telah menggantungkan hidupnya di bantalan rel kereta api untuk berbagai usaha, termasuk tempat tinggal, selama bertahun-tahun.

Sunarto menegaskan bahwa jika pihak PT KAI menggunakan jalur lama, akan berdampak besar pada ribuan masyarakat yang telah menetap di sepanjang jalur tersebut. Oleh karena itu, pihaknya berusaha menghindari alternatif pertama untuk mengurangi dampak sosial yang mungkin timbul.

Pesan Sunarto kepada masyarakat yang tinggal di bantaran rel kereta api adalah untuk tetap tenang dan tidak perlu khawatir.

“Kami akan memperjuangkan agar alternatif pertama tidak terjadi. Kami tidak ingin mengorbankan ribuan orang yang telah lama menggantungkan hidupnya di sana,” pungkasnya.

Selain itu, dalam rapat bersama Dirjen KAI, DPRD Ponorogo telah mengusulkan beberapa alternatif jalur kereta api baru, yang mencakup rute dari utara Terminal Seloaji hingga ke Stasiun Balong dan Slahung, serta jalur baru dari terminal ke Balong.

Keputusan akhir tentang jalur mana yang akan diambil masih dalam proses pembahasan.

Reaktivasi Rel dan Reaktivasi Aset Lahan KAI

PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daops VII Madiun bertekad untuk merevitalisasi jalur kereta api Madiun-Ponorogo, sebuah proyek ambisius yang menghidupkan kembali jalur yang terhenti operasinya sejak 1982.

Jalur ini, dengan panjang sekitar 58 kilometer, membentang dari Stasiun Besar Madiun hingga Stasiun Slahung, dan terakhir kali digunakan lebih dari empat dekade yang lalu.

PT KAI berencana melakukan reaktivasi pada tahun 2025 untuk jalur sepanjang 25,5 kilometer, yang awalnya dibangun pada tahun 1904 dan mulai beroperasi pada tahun 1922.

Kereta uap yang dulu menggelindingl di jalur ini, dikenal sebagai sepur kluthuk, banyak dimanfaatkan sebagai transportasi masyarakat. Akhir kisah, kereta api relasi Madiun-Ponorogo berhenti beroperasi pada 1983 karena kurangnya minat dan perkembangan zaman.

Namun, rencana reaktivasi ini menghadapi kendala serius. Sejak berhentinya operasi jalur tersebut, telah tumbuh lebih dari 700-an unit bangunan di atas dan di sekitar lahan PT KAI.

Manajer Humas PT KAI Daops 7 Kota Madiun di masa lampau, dalam wawancara dengan Madiunpos pada tahun 2015, Supriyanto, mengakui adanya masalah hunian di atas lahan PT KAI. "Ini memang yang akan menjadi masalah. Tanah-tanah yang ditempati warga tersebut tetap menjadi aset PT KAI," jelasnya.

Supriyanto menjelaskan bahwa tanah yang ditempati oleh warga selama ini merupakan lahan sewa. Warga yang tinggal di atas lahan tersebut telah membayar uang sewa kepada PT KAI dan banyak di antaranya yang telah membangun rumah semi permanen hingga permanen.

"Selama aset tersebut belum terpakai, memang disewakan agar lebih produktif," tambah Supriyanto.

Namun, mengembalikan lahan tersebut kepada PT KAI bukanlah hal yang mudah. Banyak penghuni yang tidak rela menyerahkan kembali lahan dengan berbagai alasan, termasuk biaya pembangunan rumah dan hak milik.

Supriyanto menegaskan bahwa PT KAI akan melakukan sosialisasi terlebih dahulu sebelum mengeksekusi lahan. Tujuannya adalah untuk meminimalkan dampak sosial yang mungkin timbul dari pengembalian lahan tersebut.

Stasiun Kereta Api Di Ponorogo

Menurut Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas), Ponorogo, sebuah kabupaten di Jawa Timur, berencana untuk menghidupkan kembali empat stasiun kereta api yang telah lama tidak aktif. Stasiun-stasiun tersebut, yaitu Stasiun Slahung, Stasiun Ponorogo, Stasiun Balong, dan Stasiun Jetis, telah ada sejak masa kolonial dan kini diambang reaktivasi.

Menurut data PonorogoNews.com proses reaktivasi jalur kereta api Madiun-Slahung ini bukanlah sebuah proyek baru, melainkan usaha untuk mengaktifkan kembali jalur lama yang telah ada.

Rencana ini dijadwalkan dimulai pada tahun 2026. Keempat stasiun tersebut sempat ramai di masa lalu, namun mulai sepi sejak tahun 1970, dikarenakan buruknya manajamemen waktu itu dan dikalahkan oleh moda transportasi umum lainnya.

Kereta api uap Ponorogo, yang sempat menjadi primadona transportasi di Bumi Reog, memulai operasinya dengan diresmikannya jalur kereta pada tahun 1907. Stasiun Ponorogo sendiri memiliki jalur ke Slahung dan Badegan, sementara Stasiun Jetis, yang juga diresmikan pada tahun yang sama, menghubungkan jalur ke Balong.

Jalur-jalur ini dahulunya digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang, khususnya batu gamping dari Slahung. Namun, kalah bersaing dengan angkutan jalur aspal, jalur-jalur ini berhenti beroperasi pada tahun 1984. Jalur ke Badegan bahkan telah dibongkar sejak pendudukan Jepang pada tahun 1943.

Sisa-sisa jalur kereta api Ponorogo masih bisa ditemukan di beberapa tempat, termasuk bekas rel, bantalan rel, abutmen jembatan, dan bangunan stasiun yang tersebar di sepanjang Jalan Raya Ponorogo–Wonogiri dan Jalan Raya Ponorogo–Badegan.

Meski sebagian besar telah tertimbun tanah dan bangunan, beberapa bagian masih ada yang terlihat, termasuk di sepanjang jalan raya Siman.***

Editor: Yudhista AP

Tags

Terkini

Terpopuler