Pilkada Ponorogo: Antara Harapan dan Realita Politik Uang yang Menggurita

- 19 Juni 2024, 13:35 WIB
Wahyu Hananto Pribadi, pengamat media sosial di Ponorogo
Wahyu Hananto Pribadi, pengamat media sosial di Ponorogo /Dok. Pribadi/Ist.


Songgolangit.com - Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, tengah berada di ambang perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang tidak hanya menjanjikan persaingan sengit, tetapi juga menyimpan potensi pelik yang menguji integritas proses demokrasi. Berdasarkan rilis Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia (Bawaslu RI), Ponorogo tercatat sebagai salah satu dari 20 kabupaten/kota di Indonesia yang berpotensi tinggi terhadap praktik politik uang.

"Iya, Ponorogo masuk 20 besar daerah yang rawan politik uang," ungkap Muhammad Bahrun Mustofa, Ketua Bawaslu Kabupaten Ponorogo. Ia menyatakan bahwa indeks tersebut muncul akibat kasus politik uang yang terungkap pada Pemilu 2019, dimana Bawaslu berhasil melakukan operasi tangkap tangan di salah satu desa di Ponorogo.

Dalam konteks Pilkada Ponorogo, elektabilitas dan jaringan yang masif menjadi salah satu faktor penentu kemenangan pasangan calon (paslon). Wahyu Hananto Pribadi, pengamat dinamika media sosial di Ponorogo, menekankan pentingnya 'amunisi' untuk menarik minat konstituen. "Elektabilitas dan jaringan yang masif, tentu tetap harus menjadi modal paslon," tutur Wahyu.

Baca Juga: Pengamat: Afiliasi Parpol Bukan Faktor Utama dalam Pilkada Ponorogo

Selain itu, peran tokoh masyarakat dan tim sukses di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS) menjadi dominan. Wahyu menambahkan, "Jika ada kemampuan biaya, tetapi lemah di elektabilitas ya susah untuk menang." Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun dukungan finansial penting, namun tanpa elektabilitas yang kuat, peluang memenangkan hati konstituen menjadi tantangan.

Rekomendasi dari partai politik (parpol) juga menjadi isu yang panas di Ponorogo belakangan ini. "Bisa dimaklumi. Karena, saat ini nilai tawar parpol sangat seksi di Ponorogo," kata Wahyu yang merupakan Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat.

Parpol dikatakan akan sangat selektif dalam memilih paslon mereka, dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang hanya kurang satu kursi dan Partai Gerindra yang memiliki presiden mendatang sebagai contoh.

Baca Juga: Pilkada 2024: Generasi Z dan Milenial Pegang Kendali, Bawaslu Siapkan Strategi!

Para paslon harus ekstra pintar meyakinkan parpol, mulai dari segi elektabilitas hingga kemampuan menggiring konstituen. Situasi ini menjadi lebih sulit bagi nama-nama baru yang muncul, terlebih jika lawannya adalah incumbent dan mantan petahana yang sudah dikenal masyarakat.

Pilkada Ponorogo, yang diwarnai dengan kekhawatiran akan praktik politik uang, menjadi cerminan kompleksitas demokrasi lokal. Pada akhirnya, apakah Pilkada Ponorogo akan menciptakan kegembiraan bagi semua pihak, seperti harapan Wahyu Hananto Pribadi, "Semoga Pilkada Ponorogo menciptakan kegembiraan bagi semuanya," ataukah akan menjadi panggung ironi demokrasi, masih menjadi pertanyaan yang akan terjawab seiring waktu.
***

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah