Songgolangit.com - Dalam rangka memperingati Grebeg Suro Ponorogo 2024, Lomba Nembang Macapat yang diikuti oleh pelajar dari berbagai tingkatan pendidikan telah sukses digelar di Aula Bappeda Litbang Ponorogo, pada 24-25 Juni 2024. Kegiatan yang dibuka langsung oleh Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, ini dihadiri pula oleh Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo, Drs. H. Nurhadi Hanuri, M.M., dan Kepala Disbudparpora Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi.
Lomba yang bertujuan untuk melestarikan seni tembang macapat ini diikuti oleh 33 peserta dari tingkat SD/MI, 48 peserta dari tingkat SMP/MTs, dan 22 peserta dari tingkat SMA/SMK/MA. Para peserta menampilkan keahlian mereka dalam menyanyikan tembang macapat dengan sangat memukau, sekaligus mengasah bakat dan kompetisi yang edukatif serta berkarakter.
Bupati Sugiri Sancoko, yang juga akrab disapa Kang Bupati, mengungkapkan pentingnya lomba ini dalam melestarikan seni tembang macapat. "Ini untuk melestarikan dan mengembangkan seni tembang macapat. Semoga dapat menumbuhkan kecintaan generasi muda pada seni tembang macapat di era global ini," ujar Kang Bupati.
Baca Juga: 420 Siswa Pendidikan Kesetaraan Ponorogo: Wisuda Massal Penuh Inspirasi
Dalam perlombaan ini, setiap tingkatan pendidikan membawakan satu tembang wajib sesuai dengan kategori usia mereka. Peserta tingkat SD/MI membawakan tembang Durmo Suro Greget PL Nem, peserta SMP/MTs dengan Sinom Grandel Pelog Nem, dan SMA/SMK/MA dengan Dandhanggula Pelog Nem.
Selain itu, Bupati Ponorogo juga menunjukkan kepiawaiannya dalam menembangkan Pangkur pelog 6 saat pembukaan lomba, menegaskan bahwa Ponorogo adalah kota yang memelihara macapat sebagai karya sastra Jawa tingkat tinggi.
Kang Bupati juga berharap akan ada lomba membuat cakepan macapat yang mengikuti aturan-aturan khusus seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Macapat sendiri adalah karya sastra Jawa yang memiliki tingkat kesulitan tinggi dan telah menjadi bagian dari sejarah panjang budaya Jawa sebagai medium penyampaian pesan.
Sindu Prawoto, Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Ponorogo, menyatakan bahwa banyak peminat dan komunitas macapatan di Ponorogo yang ingin memastikan bahwa orang Jawa tidak kehilangan kejawennya. "Syair dalam bahasa Jawa yang dilagukan ini begitu mengagumkan," ungkap Prawoto.
Baca Juga: KORMI Ponorogo: Mengukir Prestasi Melalui Olahraga Tradisional dan Kreasi Budaya
Lomba ini tidak hanya sebagai ajang kompetisi, tetapi juga sebagai platform untuk pembinaan generasi muda dalam seni budaya Jawa. Pada penutupan lomba, para pemenang diberikan piala sebagai penghargaan atas penampilan mereka yang luar biasa.