Peranan Kelompok Tani untuk Menjaga Daya Tawar: Rahasia Sukses Petani Melon Ponorogo Terungkap!

- 30 Juni 2024, 01:05 WIB
Prof. Dr. Maman Nurzaman atau akrab disapa Ayah Manjel
Prof. Dr. Maman Nurzaman atau akrab disapa Ayah Manjel /Youtube @NofrizalOfficial/


Songgolangit.com – Di sebuah desa kecil di Ponorogo, petani melon telah menemukan kunci sukses mereka: komunitas yang solid dan penggunaan teknologi yang tepat. Prof. Dr. Maman Nurzaman atau akrab disapa Ayah Manjel, seorang pendiri dari Komunitas Petani dan Peternak Mandiri (KP2M), menjelaskan betapa pentingnya memiliki komunitas yang kuat untuk menghadapi tantangan dalam dunia pertanian.

“Ketika kita bisa ngebuktiin buktinya kan banyak, bukan cuma bukti budidaya, bukti amanahnya juga harus kita lihatin,” kata Ayah Manjel. Menurutnya, tanpa komunitas yang solid, segala teknologi canggih yang digunakan akan sia-sia.

Tantangan Harga, Produk, dan Distribusi

Petani melon di Ponorogo menghadapi tantangan besar dalam menentukan harga. “Yang nentuin harga siapa? Orang Ponorogo bukan,” kata Ayah Manjel. Dalam sehari, produksi melon bisa mencapai 100 ton, dan 90% dari distribusi ini dikuasai oleh komunitas lokal. Jika komunitas ini tidak solid, harga bisa jatuh dan petani akan merugi.

Distribusi adalah proses pengiriman produk dari produsen (petani) ke konsumen. Dalam konteks ini, distribusi yang dikuasai oleh komunitas membantu petani mengendalikan harga dan mengurangi kerugian.

Baca Juga: Sukses Berbisnis Pupuk Kohe, Agusti Pratama Berbagi Cara Membuat Pupuk Organik Padat ala Jepang

Ayah Manjel juga menyoroti pentingnya diversifikasi produk. “Selama ini kan yang dibudidayakan oleh petani 40% itu kan dibuang,” katanya. Banyak hasil panen seperti tomat dan cabai yang tidak memenuhi standar pasar dibuang begitu saja. Namun, dengan inovasi seperti membuat saus tomat atau produk olahan lainnya, petani bisa mengurangi limbah dan meningkatkan keuntungan.

Diversifikasi merupakan strategi untuk memperluas jenis produk atau layanan yang ditawarkan untuk mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan.

Contoh Kasus Singkong: Dari Tepung Mocaf Hingga Ekspor

Salah satu inovasi revolusioner yang diungkapkan oleh Ayah Manjel adalah produksi tepung mocaf dari singkong. “Singkong cuma dikeringkan, digiling, selesai. Itu namanya mocaf,” jelasnya. Tepung mokap ini memiliki potensi besar untuk diekspor ke pasar Eropa dengan harga mencapai Rp36.000 per kilogram.

Baca Juga: Cara Pemupukan Jagung Lokal Semi Organik yang Tepat, Diuraikan Bayu Diningrat

Namun, untuk mencapai kualitas ekspor, ada standar yang harus dipenuhi. Singkong harus dipanen dalam 7-8 bulan dan diproses dalam waktu 4 jam setelah dipanen untuk menjaga kualitas. “Singkong dicabut, dicuci, dirajang, fermentasi 12 jam, keringkan, giling, selesai jadi mocaf,” tambah Ayah Manjel.

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah