Mengungkap Proses Pembuatan Coco Bristle: Dari Limbah Kelapa Jadi Produk Ekspor!

- 29 Juni 2024, 08:01 WIB
Coco Bristle: Keajaiban Sabut Kelapa yang Menguasai Pasar Ekspor
Coco Bristle: Keajaiban Sabut Kelapa yang Menguasai Pasar Ekspor /YAP/SL


Songgolangit.com - Coco bristle, serat batang besar dari sabut kelapa yang telah terurai atau terpisah dari coco fiber, kini menjadi salah satu komoditas ekspor yang menjanjikan. Coco bristle adalah sari terbaik kulit kelapa yang digunakan untuk pembuatan berbagai produk seperti sapu lantai, sikat, dan media tanam bagi tanaman anggrek.

Proses pembuatan coco bristle dimulai dengan pemilihan bahan baku berkualitas. "Kami memilih sabut kelapa hijau yang ukurannya sekitar 2-3 cm dan panjangnya di bawah 20 cm," jelas seorang pekerja di Binco Ran Nusantara. Sabut kelapa yang lebih panjang memerlukan perlakuan khusus.

Setelah pemilihan bahan baku, sabut kelapa direndam dalam air selama dua hari agar benar-benar jenuh. Proses perendaman ini biasanya dilakukan dalam kolam yang dilapisi terpal. "Perendaman ini penting untuk memastikan sabut kelapa mudah diolah," tambahnya.

Selanjutnya, sabut kelapa yang telah direndam diproses menggunakan mesin semi-otomatis. Mesin ini memastikan sabut kelapa terpisah dengan baik dari fibernya. "Kami harus memastikan sabut kelapa dimasukkan dengan benar ke dalam mesin untuk menghindari masalah," kata seorang teknisi. Perawatan mesin juga sangat penting, seperti mengolesi minyak secara rutin dan membersihkannya setelah digunakan.

Baca Juga: Tak Hanya Biji, Manfaat Tongkol Jagung Olahan Kini Jadi Primadona Ekspor, Temukan Rahasianya!

Setelah melalui mesin semi-otomatis, sabut kelapa diproses lebih lanjut menggunakan mesin finishing (G15 BRT). Mesin ini memastikan panjang dan ketebalan sabut kelapa seragam. "Proses finishing ini sangat penting untuk menghasilkan coco bristle yang berkualitas tinggi," jelas teknisi tersebut.

Proses selanjutnya adalah kompresi dan pengikatan. Sabut kelapa yang telah diproses dikompres ke dalam kotak menggunakan press manual dan diikat dengan tali rafia untuk penyimpanan. Setelah itu, sabut kelapa yang telah diproses dikeringkan di bawah sinar matahari. "Pengeringan ini harus dilakukan dengan posisi yang tepat agar sabut kelapa tidak melengkung," tambahnya.

Tahap terakhir adalah pengemasan akhir. Coco bristle dipotong dan diikat menjadi bundel seberat 250 gram, memastikan panjang dan penampilan seragam. Bundel-bundel ini kemudian dikemas ke dalam karung seberat sekitar 10 kg dan diikat dengan tali rafia.

Coco bristle dijual dalam bentuk ikat dengan harga 9.000-15.000 rupiah per kg. Kelebihan coco bristle adalah tahan terhadap ngengat, jamur, tidak mudah busuk, durabilitas tinggi, dan mudah dibersihkan. "Produk ini sangat diminati di pasar internasional karena kualitasnya yang unggul," kata seorang eksportir.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Kampung Mrican: Transformasi Kampung di Yogyakarta Ubah Limbah Menjadi Kehidupan!

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah