RA Soeharsikin: Ibu Kost Legendaris, Pendamping Tjokroaminoto Mengasuh Para Pemuda Aktivis Pergerakan

- 24 Mei 2024, 02:31 WIB
Ruang tamu di Jalan Peneleh VII Surabaya, rumah putih bernomor 29-31
Ruang tamu di Jalan Peneleh VII Surabaya, rumah putih bernomor 29-31 /Surabaya.go.id/

Baca Juga: RA Soeharsikin: Putri Ponorogo, Tiang Perjuangan HOS Tjokroaminoto yang Terlupakan

Dari sini, SI berkembang pesat di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto, mendirikan cabang-cabang di berbagai daerah Jawa, hingga ke Batavia. Sebelum itu, ia sempat bekerja di Pabrik Gula Rogojampi sebagai chemiker, menunjukkan keahlian di bidang kimia.

Tjokroaminoto tidak hanya dikenal sebagai pemimpin SI, tetapi juga sebagai guru yang patut diteladani. Ia mendirikan perusahaan batik dan membuka rumahnya untuk indekos pemuda pada tahun 1912, memberikan kontribusi yang besar bagi Sarekat Islam.

Kisah Rumah Pemondokan di Peneleh

Rumah di Jalan Peneleh VII Surabaya, nomor 29-31, menjadi pusat nasionalisme Indonesia fase awal. Rumah yang dibeli atas pilihan Soeharsikin itu terletak di tengah perkampungan padat, hanya beberapa puluh meter dari kali Mas yang membelah kota Surabaya.

Tak terlampau besar untuk ukuran rumah saat itu, namun sudah dilengkapi dengan penerangan listrik.

Baca Juga: Fikiran Ra'jat: Majalah Radikal Soekarno yang Bersuara Lantang Melawan Imperialisme

Soeharsikin, istri Tjokroaminoto, membuka rumahnya untuk indekos pelajar di Surabaya, dengan kapasitas sekitar 20 orang. Mereka adalah pelajar dari MULO, HBS, MTS, dan NIAS. Hanya pelajar lelaki yang diizinkan tinggal di rumah tersebut.

Rumah HOS Tjokroaminoto di Jl. Peneleh VII Surabaya, no. 29-31, saat ini dijadikan museum dan cagar budaya oleh Pemkot Surabaya
Rumah HOS Tjokroaminoto di Jl. Peneleh VII Surabaya, no. 29-31, saat ini dijadikan museum dan cagar budaya oleh Pemkot Surabaya

Sukarno, salah satu penghuni rumah tersebut, mengenang, "Rumah itu dibagi menjadi sepuluh kamar-kamar kecil, termasuk yang di loteng. Keluarga Pak Tjokro tinggal di depan. Kami anak-anak kos di belakang." Biaya sewa kamar dan makan dua kali sehari adalah 11 gulden, atau setara USD 4 saat itu.

Soeharsikin sendiri yang mengatur urusan keuangan, logistik, dan disiplin pendidikan di rumah tersebut.

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah