RA Soeharsikin: Ibu Kost Legendaris, Pendamping Tjokroaminoto Mengasuh Para Pemuda Aktivis Pergerakan

- 24 Mei 2024, 02:31 WIB
Ruang tamu di Jalan Peneleh VII Surabaya, rumah putih bernomor 29-31
Ruang tamu di Jalan Peneleh VII Surabaya, rumah putih bernomor 29-31 /Surabaya.go.id/

Orang tua yang menitipkan anaknya di kos-kosan Tjokroaminoto tidak lagi melihat kondisi fisik rumahnya, tetapi juga kepercayaan mereka terhadap Soeharsikin dan Tjokroaminoto. Dibandingkan rumah indekos, rumah Tjokroaminoto lebih mirip ndalem di pesantren.

Baca Juga: Kertas Gedhog dan Warisan Ilmu: Kisah Pesantren Tegalsari Ponorogo

Rumah tersebut menjadi tempat di mana pendidikan karakter dan nasionalisme ditanamkan, tidak hanya melalui pengajaran formal, tetapi juga melalui cerita dan teladan.

Willy Tjokroaminoto, cicit Tjokroaminoto, mengungkapkan bahwa hingga kini, pendidikan melalui kepenokohan masih dilanjutkan oleh keturunan Tjokroaminoto, membawa nilai-nilai kepahlawanan dari kisah Mahabharata dan Ramayana ke dalam pembentukan karakter generasi muda.

Rumah Peneleh, yang terbagi menjadi sepuluh kamar kecil termasuk loteng, menjadi tempat tinggal bagi keluarga Soeharsikin di bagian depan dan anak-anak kos di bagian belakang.Di bagian belakang rumah itu terdapat halaman kecil dan kandang kuda.

Rumah Pergerakan dan Pengkaderan Nasionalisme Indonesia

Soekarno, yang masih remaja, menghuni kamar yang amat sederhana, tanpa jendela, pintu, bantal, atau kasur. Kamar yang gelap ini, menurut Soekarno, dipenuhi oleh buku-buku, kursi, tempat baju, dan tikar pandan sebagai alas tidur.

Kondisi ini tidak menghalangi semangatnya untuk belajar, bahkan menjadi simbolisasi bahwa penuntut ilmu harus menahan diri dan ber'laku' agar ilmunya dapat bercahaya dan menerangi orang lain.

Baca Juga: Tradisi Nyekar Ke Makam: Perpaduan Unik Tradisi Jawa dan Nilai Islam

Di rumah inilah Soekarno, yang datang ke Surabaya dan tinggal bersama H.O.S. Tjokroaminoto, menghabiskan waktu untuk melahap buku-bacaan.

H.O.S. Tjokroaminoto, yang berumur 33 tahun saat itu, telah memulai proses laku tirakat mengkader murid-muridnya dengan menyajikan kamar yang penuh tantangan, mendorong mereka untuk hidup dalam kelimpahan ilmu daripada kelimpahan materi.

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah