Heru juga mengulas manfaat omega-3 yang ditemukan dalam ikan teri, yang dikonsumsi dari plankton atau mikroba alam.
"Omega-3 terbukti mendukung perkembangan otak dan mencegah penyakit kardiovaskuler, sementara kalsiumnya penting untuk pertumbuhan tulang," terang Heru, menambahkan bahwa protein dalam ikan teri juga berpotensi sebagai agen anti kanker.
Baca Juga: Warga Madiun Kini Lebih Gemar Makan Ikan, Efek Kampanye Gemarikan
Bahaya Ikan Teri yang Tak Diolah dengan Baik
Mengenai pengolahan ikan teri yang tepat, Heru menekankan pentingnya kebersihan dan kesegaran. "Ikan teri yang segar minim bakteri dan aman dikonsumsi. Proses pemasakan yang minim, seperti durasi masak singkat atau penyajian utuh, dianjurkan untuk mempertahankan kualitas nutrisi," saran Heru.
Heru menyarankan inovasi dalam penggunaan ikan teri, seperti menambahkannya dalam telur goreng sebagai pengganti garam, untuk mengurangi konsumsi natrium. "Mengonsumsi ikan teri dalam porsi kecil namun konsisten lebih disarankan," imbuh Heru.
Namun, konsumsi ikan teri kering asin harus dibatasi karena kadar natrium yang tinggi, yang dapat memicu hipertensi. "Kurangi penggunaan garam pada makanan lain atau gunakan teri sebagai alternatif bumbu," ujar Heru, menyarankan pendekatan yang lebih sehat.
Heru juga menyoroti risiko kontaminasi bakteri pada ikan teri yang tidak diolah dengan higienis, seperti Escherichia coli atau salmonella.
Baca Juga: Mengapa Anak dan Remaja Butuh Pendidikan Seksual? Temukan Jawabannya, Sebelum Terlambat!
"Riset menunjukkan bahwa ikan yang dijual dalam kondisi tidak higienis rentan terhadap bakteri patogen," tegas Heru, mengingatkan akan pentingnya memperhatikan kesegaran produk.
Konsumsi ikan teri mentah di Indonesia, negara tropis dengan beragam bakteri dan patogen, tidak direkomendasikan oleh Heru. Ia membandingkan dengan Jepang, di mana wasabi digunakan sebagai antiparasit.