DPRD Bahas Rencana Reaktivasi Jalur Kereta Madiun-Ponorogo, Benarkah Akan Berdampak Penggusuran Lahan?

- 24 Januari 2024, 20:15 WIB
Petugas menggunakan alat berat membongkar paksa bangunan pasar di lahan bekas Stasiun Kereta Api di Ponorogo, Senin (21/1/2019).
Petugas menggunakan alat berat membongkar paksa bangunan pasar di lahan bekas Stasiun Kereta Api di Ponorogo, Senin (21/1/2019). /Siswowidodo/Antara

"Selama aset tersebut belum terpakai, memang disewakan agar lebih produktif," tambah Supriyanto.

Namun, mengembalikan lahan tersebut kepada PT KAI bukanlah hal yang mudah. Banyak penghuni yang tidak rela menyerahkan kembali lahan dengan berbagai alasan, termasuk biaya pembangunan rumah dan hak milik.

Supriyanto menegaskan bahwa PT KAI akan melakukan sosialisasi terlebih dahulu sebelum mengeksekusi lahan. Tujuannya adalah untuk meminimalkan dampak sosial yang mungkin timbul dari pengembalian lahan tersebut.

Stasiun Kereta Api Di Ponorogo

Menurut Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas), Ponorogo, sebuah kabupaten di Jawa Timur, berencana untuk menghidupkan kembali empat stasiun kereta api yang telah lama tidak aktif. Stasiun-stasiun tersebut, yaitu Stasiun Slahung, Stasiun Ponorogo, Stasiun Balong, dan Stasiun Jetis, telah ada sejak masa kolonial dan kini diambang reaktivasi.

Menurut data PonorogoNews.com proses reaktivasi jalur kereta api Madiun-Slahung ini bukanlah sebuah proyek baru, melainkan usaha untuk mengaktifkan kembali jalur lama yang telah ada.

Rencana ini dijadwalkan dimulai pada tahun 2026. Keempat stasiun tersebut sempat ramai di masa lalu, namun mulai sepi sejak tahun 1970, dikarenakan buruknya manajamemen waktu itu dan dikalahkan oleh moda transportasi umum lainnya.

Kereta api uap Ponorogo, yang sempat menjadi primadona transportasi di Bumi Reog, memulai operasinya dengan diresmikannya jalur kereta pada tahun 1907. Stasiun Ponorogo sendiri memiliki jalur ke Slahung dan Badegan, sementara Stasiun Jetis, yang juga diresmikan pada tahun yang sama, menghubungkan jalur ke Balong.

Jalur-jalur ini dahulunya digunakan untuk mengangkut penumpang dan barang, khususnya batu gamping dari Slahung. Namun, kalah bersaing dengan angkutan jalur aspal, jalur-jalur ini berhenti beroperasi pada tahun 1984. Jalur ke Badegan bahkan telah dibongkar sejak pendudukan Jepang pada tahun 1943.

Sisa-sisa jalur kereta api Ponorogo masih bisa ditemukan di beberapa tempat, termasuk bekas rel, bantalan rel, abutmen jembatan, dan bangunan stasiun yang tersebar di sepanjang Jalan Raya Ponorogo–Wonogiri dan Jalan Raya Ponorogo–Badegan.

Meski sebagian besar telah tertimbun tanah dan bangunan, beberapa bagian masih ada yang terlihat, termasuk di sepanjang jalan raya Siman.***

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah