Benarkah Khazanah Pesantren Tegalsari Akan Lenyap Ditelan Zaman?

- 28 Mei 2024, 02:24 WIB
Tradisi Literasi Nusantara Terancam Hilang, Manuskrip Tegalsari Diburu
Tradisi Literasi Nusantara Terancam Hilang, Manuskrip Tegalsari Diburu /Wirastho/SL


Songgolangit.com – Sebuah fenomena yang menggugah kepedulian terhadap kelestarian warisan intelektual Nusantara tengah menjadi sorotan. Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari, yang dikenal sebagai pusat peradaban dan pengembangan Islam, kini berada pada titik krusial. Manuskrip-manuskrip kuno yang tersimpan di sana menjadi incaran para kolektor dan peneliti, termasuk dari Universitas Al Azhar Mesir.

Kabar tentang niat membawa manuskrip-manuskrip bersejarah tersebut ke Al Azhar terungkap melalui sebuah status di Facebook oleh Khoirul Fata Jilid I pada 04 April 2024. Akun tersebut membagikan informasi kunjungan Syaikh Dr. Sholahuddin Muhammad Ali Al-Syami, Ulama Hadist dan peneliti manuskrip Al Azhar, saat ziarah ke Tegalsari.

Dalam wawancara eksklusif via WhatsApp, Akhlis Syamsal Qomar, salah seorang dzuriyah Eyang Ageng Muhammad Besari, menyatakan, "Manuskrip-manuskrip tersebut merupakan bukti otentik dari ekosistem pesantren yang pernah ada di sana. Penting untuk dipelihara dan diteliti dengan menjunjung etika akademik."

Diskusi hangat terjadi di berbagai grup WhatsApp, termasuk beberapa dzuriyah yang berdomisili di luar Tegalsari. Mereka menyampaikan pandangan bahwa manuskrip asli sebaiknya tidak dibawa ke luar negeri, melainkan hanya dipelajari atau dibuat replikanya.

Baca Juga: Pemkab Ponorogo Berupaya Kembalikan Karya Sastra Ronggowarsito dari Museum Belanda

Kyai Sirojudin di Kedung Kenong dengan tegas menyatakan, "Dilihat, dipelajari, atau ngalap berkah boleh, tapi jangan dibawa pergi, siapapun orangnya." Hal ini menunjukkan kekhawatiran akan hilangnya aset keilmuan yang tak ternilai dari Tegalsari jika manuskrip-manuskrip tersebut dibawa ke luar negeri.

Kyai Ahyat Muttaqin menambahkan, "Khazanah ilmu tilaran ndalem sebaiknya tidak dibawa keluar sebelum dikaji dan dipelajari oleh tim dzurriyah. Ada ilmu 'sirri' yang pemahamannya terbatas bagi orang tertentu."

Harapan terletak pada Ndalem Tegalsari untuk kembali menjadi pusat kajian ilmu, mirip dengan Radya Pustaka Solo. Dengan begitu, Tegalsari dapat menjadi rujukan bagi peneliti dan mahasiswa dari dalam dan luar negeri. Namun, jika aset-aset tersebut terus dibawa keluar dan dijual, Pesantren Tegalsari hanya akan menjadi bangunan kuno tanpa esensi sejarah yang sebenarnya.

Fenomena penjualan aset dan pustaka ini memerlukan kesadaran mendalam dan pemikiran berkelanjutan. Akankah suatu saat nanti, pemerintah harus kembali berburu naskah-naskah itu ke luar negeri melalui proses diplomatik yang rumit - untuk sesuatu yang saat ini masih bisa diselamatkan?

Baca Juga: Menguak Rahasia Kertas Gedog: Warisan Intelektual Pesantren Gebang Tinatar Ponorogo
***

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah