Kesehatan Di Usia 35-40 Tahun Ke Atas: Waspadai Gejala Hipertensi dan Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

- 27 Juni 2024, 21:00 WIB
Pria mengalami serangan jantung saat olahraga
Pria mengalami serangan jantung saat olahraga /FOTO: ANTARA/Shutterstock

PJK sering disebut sebagai silent killer karena seringkali tidak menunjukkan gejala sebelumnya. "Sumbatan yang timbulnya bertahap sudah mencapai puncaknya, mengakibatkan gangguan pada fungsi otot jantung dan kerusakan pada tubuh secara keseluruhan," ujar dr. Prima.

Gejala yang dapat timbul, seperti nyeri dada yang berat, rasa terbakar, keringat dingin, lemah, mual, dan pusing, menuntut perhatian segera.

Dalam penanganan yang telah terjadi, terapi non-operatif seperti pemberian obat-obatan dan pemasangan ring bisa menjadi pilihan. "Terapi pemasangan ring ditujukan untuk pengobatan, bukan pencegahan," jelas dr. Prima. Sementara itu, operasi by pass menjadi metode lain dengan tujuan memperlancar aliran darah ke jantung.

Melalui pemahaman mendalam tentang penyakit jantung koroner, masyarakat diharapkan dapat lebih waspada dan proaktif dalam menjalankan pencegahan. Karena itulah, edukasi kesehatan seperti yang disampaikan dalam seminar ini menjadi krusial dalam upaya mengurangi angka prevalensi dan mortalitas akibat penyakit jantung koroner.

Baca Juga: Asam Lambung Naik Kepala Pusing, Begini Cara Menyembuhkan Sakit Kepala Karena Maag dan Asam Lambung

Ilustrasi, Pengertian Hipertensi Esensial: Dasar dan Penyebabnya
Ilustrasi, Pengertian Hipertensi Esensial: Dasar dan Penyebabnya

Mengapa Orang Asia Lebih Rentan Hipertensi? Faktor Genetik dan Garam Jadi Sorotan!

Kecenderungan populasi Asia terhadap penyakit hipertensi tampaknya lebih tinggi dibandingkan dengan ras lainnya. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (INASH) mengungkapkan bahwa faktor genetik menjadi salah satu penyebab utama.

"Populasi Asia itu punya gen yang sensitif dengan garam. Dibandingkan dengan (orang) Eropa, ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi dan ini berbeda dengan ras Kaukasia," ungkap dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, Ketua INASH.

Dalam sebuah wawancara di Jakarta, Eka menyatakan bahwa kecenderungan genetik ini diperparah oleh budaya konsumsi garam yang tinggi di kalangan masyarakat Asia.

Baca Juga: Rahasia Manfaat Ikan Teri: Nutrisi Super untuk Ibu Hamil dan Pencegah Penyakit Mematikan!

Halaman:

Editor: Yudhista AP

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah