Apa yang Akan Terjadi Jika Nilai Tukar Tupiah Terus Melemah? Ini Dampak Serius Pelemahan Rupiah

- 18 April 2024, 22:26 WIB
Sektor Mamin dan Farmasi Terimbas Pelemahan Rupiah, Industri Perbankan Masih Stabil
Sektor Mamin dan Farmasi Terimbas Pelemahan Rupiah, Industri Perbankan Masih Stabil /Pikiran Rakyat/YouTube Ngomongin Uang


Songgolangit.com - Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi secara berkelanjutan diperkirakan akan memberikan dampak yang cukup signifikan pada beberapa sektor industri di Indonesia, khususnya sektor yang bergantung pada impor bahan baku, seperti industri makanan dan minuman (mamin), farmasi, dan kimia. Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku usaha terkait dengan peningkatan harga pokok produksi dan biaya logistik.

Adapun Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) telah menyatakan harapannya agar Bank Indonesia (BI) segera mengambil langkah intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. "Kami berharap BI dapat segera bertindak untuk meminimalisir dampak yang mungkin terjadi pada sektor mamin," ujar perwakilan GAPMMI.

Sementara itu, sektor perbankan tampaknya masih cukup stabil meski terjadi fluktuasi nilai tukar. Data terakhir menunjukkan bahwa eksposur neto valuta asing (valas) di perbankan masih terbilang rendah dengan rasio posisi devisa neto (PDN) sebesar 1,44 persen di akhir tahun 2023, yang masih jauh di bawah ambang batas 20 persen.

Baca Juga: Rupiah Indonesia Mencapai Titik Terendah dalam Empat Tahun terhadap Dolar AS, Apa Faktor Penyebabnya?

Abdul Manap Pulungan, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), menilai bahwa penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) valas terhadap total DPK di industri perbankan masih relatif rendah, sehingga dampak pelemahan rupiah terhadap laba bank tidak terlalu signifikan.

Namun, Abdul Manap Pulungan juga mengingatkan bahwa risiko peningkatan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dapat terjadi pada bank-bank yang menyalurkan kredit valas dalam porsi besar, terutama ke sektor-sektor yang rentan terhadap pelemahan ekonomi global.

Di sektor pariwisata, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali mengungkapkan kewaspadaannya terhadap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Perry Markus, Sekretaris PHRI Bali, menyatakan bahwa untuk saat ini belum ada penyesuaian tarif kamar dan jasa pariwisata. "Kami masih memantau situasi dan perkembangan yang dinamis," ujarnya.

Baca Juga: Kurs Rupiah Anjlok, Bali Tetap Jadi Primadona Wisatawan Dunia!

Lebih lanjut, Perry Markus mengungkapkan bahwa meski terjadi penguatan mata uang dolar AS, dampaknya terhadap kunjungan wisatawan mancanegara di Bali masih belum signifikan. "Ada faktor lain yang juga berpengaruh, seperti inflasi dan kondisi ekonomi di negara asal wisatawan," tambahnya.

Di tengah situasi ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan bahwa pemerintah masih menahan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) kendati terjadi eskalasi konflik di Timur Tengah yang mempengaruhi harga minyak dunia.

Halaman:

Editor: Yudhista AP

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x