Rahasia Moksa di Prasasti Watu Dukun: Lebih dari Sekedar Mitos Airlangga

- 29 Maret 2024, 14:40 WIB
Acara bersih desa di lokasi Prasasti Watu Dukun yang terletak di Desa Pager Ukir
Acara bersih desa di lokasi Prasasti Watu Dukun yang terletak di Desa Pager Ukir /Frengki Criss/SL

Songgolangit.com - Moksa tak selama berhubungan dengan kematian seperti yang umum diketahui. Moksa juga berhubungan dengan lelaku menjalankan dharma (kewajiban hidup) di dunia. Hal itu dapat ditemukan dalam ajaran Tattwa. Salah satunya ada di prasasti kuno bernama prasasti Watu Dukun daerah Ponorogo.

“Konsepsi moksa tidak harus berhubungan dengan kematian, tapi ada dalam laku kehidupan dunia. Di prasasti Watu Dukun itu untuk moksa hidup. Berada di alam kasunyatan (kehampaan), di lambangkan dengan cahaya kadewan yerang benderang. Tempat manusia manunggal dengan Sang Hyang Bhatara atau dewa tertinggi, Hal itu terjadi setelah prayogasandhi. Mereka kembali ke dunia untuk melaksanakan dharma-nya.” ungkap Aaang Pambudi selaku anggota PAEI (Perkumpulan Arkeologi dan Epigrafi Indonesia) sekaligus peneliti prasasti Watu Dukun (28/03/2024).

Baca Juga: Pondok Gontor: Sejarah Panjang Lembaga Pendidikan Islam Terkemuka di Ponorogo

Prasasti Watu Dukun adalah sebuah prasasti berada di Dusun Pagerukir, Desa Pagar Ukir, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo. Prasasti ini bertuliskan aksara Jawa Kuno bergaya kuadrat dengan ciri aksara yang timbul. Prasasti ini diperkirakan sekitar abad Xi-XII Masehi.

Prasasti Watu Dukun dipercaya masyarakat sebagai tempat pertapaan Airlangga saat bersembunyi dari kejaran pasukan Wurawari. Namun, temuan Aang Pambudi saat melakukan penelitian lapangan, cerita Airlangga baru muncul kisaran tahun 2009-2010.

“Menurut mbah Bibit saat saya penelitian, cerita Airlangga hadir setelah pihak pemerintah datang ke sana. Sebelumnya, warga hanya mengenalnya sebagai mbah Watu Dukun,” ungkapnya.

Baca Juga: Menguak Sejarah Masjid dan Pasar Danyang: Kisah Kyai Ageng Imam Puro

Keberadaan prasasti Watu Dukun dipandang Aang Pambudi unik. Sebab dalam prasasti mengandung kurikulum ajaran suci Tattwa (hakikat tertinggi) dalam konsepsi siwaisme.

“Prasasti Watu Dukun mengandung kurikulum (representasi) Tattwa. Representasi yang terungkap lewat simbol atau tanda dalam prasasti yang dibuat berdasarkan bentuk dan karakter kacaryan (pusat pendidikan keagamaan) abad XI-XII Masehi,” ungkap Aang Pambudi.

Menurutnya, terdapat lima aspek penting Tattwa yang terwakilkan.Pertama samyagjñana, yang merupakan ajaran mengenai pengetahuan suci tentang kebenaran dan kesempurnaan; kedua prayogasandhi, yang berarti usaha atau upaya konsentrasi tinggi menuju kamokṣan; ketiga rahasya yakni ajaran mengenai nilai dan etika merahasiakan ajaran suci Tattwa. keempat, prajñan, yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual sejati dan berpengetahuan ajaran suci Tattwa; dan kelima, kamokṣan yang merupakan pencapaian kesunyian (śūnyatā) dan penyatuan dengan Bhaṭāra.

Halaman:

Editor: Yudhista AP


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x